in

Progres Transportasi Umum Aglomerasi Trans Jateng, Tiga Tahun 5 Koridor

SEMARANG (jatengtoday.com) – Komitmen kepala daerah sangat diperlukan dalam menata transportasi umum antar kota antar kabupaten atau wilayah aglomerasi.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI)
Djoko Setijowarno mengapresiasi progres pengembangan transportasi umum Trans Jateng.

“Dalam kurun tiga tahun sudah beroperasi lima koridor Bus Trans Jateng yang menghubungkan wilayah aglomerasi,” ungkap Djoko, Rabu (6/1/2021).

Djoko melihat, Jawa Tengah telah memiliki program transportasi umum aglomerasi. Sedikitnya terdapat delapan wilayah aglomerasi, yakni Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, Purwodadi), Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen Klaten), Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen), Purwomanggung (Purworejo, Magelang, Wonosobo, Temanggung), Bregasmalang (Brebes, Tegal, Slawi, Pemalang), Wanarakuti (Juwana, Jepara, Kudus, Pati), Petanglong (Pekalongan Batang, Kab. Pekalongan) dan Banglor (Rembang dan Blora).

“Di Provinsi Jawa Tengah sejak Juli 2017 sudah mengembangkan bus sistem transit (BST) Trans Jateng dengan pola beli layanan (buy the service). Dengan bus baru yang disiapkan oleh operator eksisting di masing-masing koridor. Dalam RPJMD Provinsi Jateng 2018-2023 menargetkan untuk mengoperasikan 7 koridor,” katanya.

Menurut dia, pengelolaan Bus Trans Jateng yang diselenggarakan oleh Balai Trans Jateng di bawah Dinas Perhubungan, telah mengembangkan inovasi smart transportation, yakni melalui aplikasi “Si Anteng”. Sehingga dapat memberikan layanan lebih baik kepada pelanggan atau pengguna Bus Trans Jateng.

Si Anteng dapat memberikan gambaran pergerakan bus, jam kedatangan di masing-masing halte, sehingga para pelanggan dapat melakukan efisiensi perjalanan dengan membuka Si Anteng. Integrasi pembayaran seperti itu juga dapat dilakukan Bus Trans .Jateng rute Terminal Tirtonadi (Kota Surakarta) – Terminal Sumber Lawang (Kab. Sragen) dengan Batik Solo Trans (BST) dan KRL Yogyakarta – Surakarta.

“Pengembangan rute layanan transportasi umum Trans Jateng hingga akhir tahun 2020 sudah mencapai lima koridor,” katanya.

Rute pertama dikembangkan adalah Semarang (Stasiun Tawang) – Terminal Bawen (Kab. Semarang) pada 17 Juli 2017. Berikutnya pada Agustus 2018 rute Purwokerto-Purbalingga (30 kilometer). Kemudian pada Bulan Oktober 2019 membuka rute Terminal Bahirekso (Kabupaten Kendal) – Terminal Mangkang (Semarang). September 2020, dikembangkan dua rute Trans Jateng.

Untuk mendukung mengembangkan KSPN Borobudur, dikembangkan koridor Stasiun Kutoarjo (Kabupaten Kebumen) – Purworejo – Terminal Borobudur (Kabupaten Magelang). Selanjutnya, mendukung Batik Solo Trans (BST) di Kota Surakarta, dibuka rute Terminal Tirtonadi (Surakarta) – Terminal Sumber Lawang (Kab. Sragen). “Kedua koridor baru ini sudah menggunakan bus dengan low entry. Tidak memerlukan halte tinggi lagi, cukup menyediakan bus stop untuk tempat pemberhentiannya,” ujarnya.

Rencana pertengahan tahun 2021 akan dikembangkan koridor ke enam, yakni rute Semarang-Gubug (Kabupaten Grobogan). Anggaran yang dikeluarkan tahun 2021 APBD Jawa Tengah sebesar Rp 96 miliar, termasuk rencana operasional rute Semarang – Gubug (Kabupaten Grobogan) di pertengahan 2021. (*)

 

editor: ricky fitriyanto

Abdul Mughis