SEMARANG (jatengtoday.com) – Di tengah libur Hari Raya Idul Fitri 1442 H, beberapa tempat wisata di Indonesia tengah disorot karena membeludaknya pengunjung dan timbulnya korban jiwa di Boyolali, akibat perahu yang terbalik dan menyebabkan tenggelamnya korban jiwa karena over kapasitas.
Anggota Komisi X DPR RI dari Partai Demokrat, Yoyok Sukawi mendesak pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan pemerintah masing-masing daerah tegas terhadap pengelola objek wisata.
“Libur lebaran sebetulnya memang momentum untuk piknik. Hal ini wajar karena hampir semua masyarakat melaksanakan silaturahmi. Namun ada hal yang perlu diingat, pandemi Covid-19 masih ada,” tuturnya, Senin (17/5/2021).
Baca juga: Bupati Kudus Ancam Tutup Objek Wisata yang Tak Terapkan Prokes
“Beberapa hari terakhir bisa dilihat melalui media sosial seperti apa ramainya Ancol, Pangandaran, dan beberapa tempat wisata lainnya. Pemerintah harus tegas terhadap pengelola yang abai akan prokes. Oke kalau memang boleh buka, namun jumlah pengunjung harus dibatasi dan menegakkan aturan prokes,” imbuh anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat ini.
Sementara itu, terkait jatuhnya korban di Waduk Kedung Ombo, Boyolali, Yoyok ingin pihak Kemenparekraf dan pemerintah daerah untuk memastikan kembali standar keamanan di setiap tempat wisata yang mengandung risiko bisa timbul korban jiwa.
“Pemakaian pelampung di wisata air sebetulnya merupakan hal yang tidak bisa ditawar. Nah ini terjadi di Boyolali, Kemenparekraf dan pemerintah harus bisa memastikan terkait standar keamanan dan keselamatan. Jangan sampai masih ada tempat wisata lain yang abai akan standar kemanan dan keselamatan,” pungkasnya.
Baca juga: Khawatir Seperti di India, Wisata Pantai di Garut Ditutup
Yoyok Sukawi berharap kejadian serupa tak terulang di tempat wisata di Indonesia. Legislator dari Dapil I Jawa Tengah ini ingin empat wisata masih menjadi sumber pemasukan masyarakat, namun tetap menyesuaikan dengan kondisi yang ada dan menjalankan segala prosedur keamanan dan keselamatan. (*)
editor: ricky fitriyanto