SEMARANG (jatengtoday.com) – Ketua Dewan Pimpinan Daerah Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi, Pertambangan, Minyak, Gas Bumi dan Umum (FSP KEP) Jawa Tengah, Ahmad Zainuddin, mengaku tidak akan tinggal diam atas kasus meninggalnya sejumlah karyawan PT. Randugarut Plastik Indonesia (RPI) Semarang yang menjadi pasien di RSUD Tugurejo beberapa waktu lalu.
Pihaknya melihat adanya kejanggalan, sehingga perlu dilakukan audit secara serius. Pasalnya, dalam kurun waktu beberapa hari telah ada tiga pasien buruh yang dirawat di rumah sakit tersebut. Dua di antaranya meninggal, sedangkan satu lagi: bayi dalam kandungan karyawati tidak tertolong. Para buruh mempertanyakan bagaimana penanganan medis di rumah sakit tersebut.
Mereka khawatir apabila ada dokter yang menangani pasien melakukan kelalaian dalam bertugas. Misalnya salah obat maupun kelalaian-kelalaian yang lain. Sehingga memicu pasien yang hanya sakit ringan berakibat fatal hingga meninggal.
“Kurun waktu tidak ada seminggu, tiga anggota keluarga besar kami meninggal di situ. Sebenarnya rumah sakit atau rumah mati,” kata Zainuddin, Minggu (12/1/2020).
Ia melihat hal tersebut tidak sewajarnya mengingat rata-rata karyawan yang menjadi pasien di RSUD Tugurejo dalam beberapa hari terakhir tidak dalam kondisi sakit parah. Artinya sebelumnya cukup sehat dan hanya mengeluh tidak enak badan, pusing, dan sejenisnya.
“Kami justru mempertanyakan kredibilitas RSUD Tugurejo sebagai rumah sakit yang pengelolaannya di bawah Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah. Sudah semestinya rumah sakit tersebut menjadi simbol kehadiran negara dalam pelayanan kesehatan kepada rakyatnya,” katanya.
Ia akan menindaklanjuti permasalahan tersebut. “Kami menyanksikan penghargaan kepada sebagai RS dengan pelayanan terbaik. Bagi kami ini persoalan serius, organisasi tidak akan tinggal diam. Rencana akan kami bawa (lapor) ke kementerian. Ini masih dikaji oleh tim kami,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya Zainudin beserta puluhan anggotanya melabrak RS tersebut setelah kejadian pertama pada Selasa (7/1/2020). Bahkan para buruh sempat menduduki RS hingga tengah malam.
Tiga pasien dari karyawan PT RPI yang larikan ke rumah saki tersebut masing-masing: Suwarti pada Selasa (7/1/2020). Suwarti sebelumnya periksa di rumah sakit tersebut dan dinyatakan rawat jalan. Namun kembali lagi ke rumah sakit karena muntah-muntah, setelah ditangani kurang lebih dua jam kemudian meninggal secara misterius.
Pada Jumat (10/1/2020), kejadian serupa menimpa dua karyawan, Khamim (51), driver PT RPI. Ia mengeluh sesak di dada. Kemudian oleh anaknya dibawa ke RSUD Tugurejo dengan menggunakan mobil perusahaan. Namun pada Jumat (10/1/2020), pukul 01.00, Khamim dinyatakan meninggal.
Selanjutnya, Jumat pagi, seorang karyawati Lailatul Maskanah (41), yang sedang mengandung 6 bulan mengeluh sakit di tempat kerja. Tanpa pikir panjang pihak perusahaan langsung membawanya ke RSUD Tugurejo. Namun selang beberapa saat kemudian, bayi di dalam kandungannya tidak terselamatkan.
Direktur RSUD Tugurejo Semarang dr Haryadi sebelumnya mengatakan, penanganan terhadap pasien Suwarti telah sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO).
“Penanganannya sudah sesuai dengan SPO. Pertama, berdasarkan keluhan pasien, yakni mual-mual, pasien tersebut (Suwarti) cenderung terkena gangguan saluran pencernaan. Kedua, ada riwayat hipertensi. Dampak hipertensi bisa sistemik merembet ke sistem otak dan jantung,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto