“Target pengunjung 10.000 tapi moga-moga bisa melebihi,”
SEMARANG (jatengtoday.com) – Perayaan Tahun Baru Imlek 2570 yang jatuh pada 5 Februari 2019 dilakukan besar-besaran di Klenteng Sam Poo Kong Semarang. Objek wisata petilasan Laksamana Cheng Ho tersebut dibanjiri ribuan wisatawan.
Pengelola Sam Poo Kong, Mulyadi Setya Kusuma mengatakan, sebenarnya perayaan tahun ini ingin dibuat sederhana, mengingat sedang musim politik. Namun, sebagai pariwisata unggulan, pihaknya tetap berusaha semaksimal mungkin.
“Kami tetep harus memberikan yang terbaik. Kami ditekan untuk berinovasi memajukan event ini. Kami sangat bersyukur Wali Kota, Gubernur, Forkompimda, semua mendukung,” ujarnya seusai memberi sambutan, Selasa (5/2/2019).

Dalam acara tersebut, digelar berbagai pertunjukan, mulai dari Barongsai dan Liong, Reog Ponorogo, Reog Bali, Live Music, Dream High Dancer, Keroncong, Drumblek, Kostum Figure, Bazar Kuliner, dan masih banyak yang lainnya.
Seluruh rangkaian puncak Imlek yang digelar dari pukul 09.00 hingga 17.00 ini, kata Mulyadi, diharapkan bisa mencapai target yang ditetapkan Klenteng Sam Poo Kong. Bahkan kalau bisa, melebihi target
“Target pengunjung 10.000 tapi moga-moga bisa melebihi,” ungkapnya.
Mulyadi berharap, melalui event-event yang diadakan Klenteng Sam Poo Kong, dapat membantu meningkatkan pariwisata di Kota Semarang. Ia pun menambahkan, Pemkot Semarang maupun Pemprov Jateng menargetkan angka yang cukup ambisius dalam peningkatan kunjungan wisatawan di Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang.
“Tentunya kami hanya bisa memohon bantuan pemerintah supaya bisa membuat acara lebih banyak, karena sangat membantu ekonomi kerakyatan dengan sektor pariwisata bisa berkembang,” imbuhnya.
Selain rentetan sambutan serta hiburan, acara yang berlangsung hingga sore hari ini juga mengadakan bazaar yang melibatkan para pelaku usaha kecil menengah (UKM). UKM atau yang terlibat pun, jelas Mulyadi, tidak dikenakan biaya sewa, namun menganut sistem bagi hasil.
“Semua UKM menggunakan sistem bagi hasil, kalau laku baru kita dapat. Itu untuk menekan paradigma kalau selama ini sewa di tempat wisata pasti mahal, pasti ngepruk. Nah kita menghindari hal itu,” pungkas Mulyadi. (*)
editor : ricky fitriyanto