in

Penghuni SK: Kalau Ditutup Sekarang Belum Siap, Pesangon Cuma Rp 5,5 Juta Dapat Apa?

SEMARANG (jatengtoday.com) – Wacana penutupan Lokalisasi Argorejo atau Sunan Kuning (SK) mulai menuai kritik. Salah satunya mengenai rencana pemberian uang pesangon kepada para Wanita Pekerja Seks (WPS) yang nominalnya dinilai terlalu sedikit.

Rencananya, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang akan memberikan uang saku masing-masing Rp 5,5 juta untuk bekal usaha para WPS.

Mami Lia (55), pemilik salah satu tempat karaoke sekaligus muncikari di kawasan tersebut mengaku lebih memilih untuk tidak menerima Rp 5,5 juta daripada harus pindah dari lokalisasi. Uang pesangon dirasa tidak sepadan dengan risiko yang akan dihadapi setelah hengkang dari SK.

“Uang Rp 5,5 juta dapat apa? Belum cukup modal kalau untuk bisnis mandiri. Kami juga sekarang masih ngumpulin untuk gimana ke depan bisa lebih baik, supaya kami bisa punya usaha,” ujarnya saat ditemui, Jumat (14/6/2019).

Menurutnya, mayoritas penghuni Resos belum siap jika harus ditutup tahun ini. Sehingga ia meminta kebijaksanaan dari pihak terkait untuk memikirkan dampak pasca penutupan. Apalagi mengingat rentannya eks-WPS untuk bekerja di luar Resos.

“Kami pun kalau di tanya ya nggak mau kerja di lokalisasi. Mereka-mereka bersyukur bisa sekolah, bisa kerja. Tapi kalau kami susah, pendidikan rendah, belum lagi kalau nanti mau ndaftar kerja di tempat orang nggak bisa gara-gara mantan WPS,” beber Mami Lia.

Dia juga berpendapat bahwa penggusuran Sunan Kuning akan membuat WPS semakin tidak terkendali. Hal itu dikarenakan tidak ada tempat yang legal untuk dijadikan lokalisasi.

“Sekarang saja yang ilegal masih marak. Itu yang pada nongkrong di sekitar Stasiun Poncol kan masih banyak. Besok kalau sini ditutup, tempat-tempat ilegal bakal makin banyak. Ujung-ujungnya malah membuat image Kota Semarang semakin buruk,” ungkapnya.

Menurutnya, meneruskan program pengentasan WPS di Resosialisasi dan Rehabilitasi Argorejo ini merupakan langkah terbaik.

Berdasarkan penuturan Suwandi selaku Ketua Resos, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah WPS di Argorejo cenderung menurun. Semula berjumlah 740 orang, saat ini menjadi 476 WPS. Hal itu tak terlepas dari program pengentasan WPS dengan cara wajib menabung.

“Kalau program resosnya terus jalan, nanti juga lama-lama bakal tuntas,” harapnya.

Apalagi dirinya juga merasakan sendiri betapa sulitnya kini mencari Ladies Companion (LC) atau pemandu lagu. Di tempat karaokenya saja, saat ini hanya ada dua LC. Masing-masing berasal dari Cilacap dan Purwokerto. (*)

editor : ricky fitriyanto

Baihaqi Annizar