SEMARANG (jatengtoday.com) – Para pengusaha menolak Gerakan Jateng di Rumah saja yang digagas Gubernur Ganjar Pranowo. Dikhawatirkan, larangan masyarakat keluar rumah pada hari Sabtu dan Minggu besok ini justru memperburuk dunia usaha.
Jika masyarakat dilarang keluar rumah saat akhir pekan dan sejumlah sektor ekonomi ditutup, maka pengusaha akan semakin merugi saat pandemi Covid-19.
Baca: Ketua PPNI Jateng Anggap Gerakan Jateng di Rumah Saja Penanganan di Sektor Hulu
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jateng, Billy Dahlan menilai, gerakan Jateng di Rumah Saja akan memengaruhi aktivitas dunia usaha karena kegiatan ekonomi akan turun drastis saat akhir pekan.
Gerakan tersebut dirasa membuat pengusaha semakin terpuruk. Karena itu, pengusaha meminta ada cara lain yang bisa diberlakukan.
Baca: Sabtu dan Minggu Dilarang Keluar Rumah, yang Keluyuran Siap-Siap Terjaring Operasi Yustisi
Dengan begitu, pelaku usaha bisa tetap memiliki pemasukan. Misalnya, dengan pembatasan waktu beroperasi tempat usaha.
“Kebijakan ini sangat tidak pro dengan pengusaha,” tegasnya, Rabu (3/2/2021).
Billy menjelaskan, para pelaku yang bergerak di sektor pariwisata dan perhotelan sangat terdampak dengan adanya kebijakan pembatasan aktivitas.
Baca: Tolak Jateng di Rumah Saja, Asosiasi Pedagang Pasar Tetap Akan Jualan
Bahkan, dalam satu periode pembatasan kegiatan untuk satu hotel saja bisa mengalami kerugian antara Rp 200 juta hingga Rp 300 juta.
Menurutnya, gerakan Jateng di Rumah Saja yang menutup kegiatan usaha selama dua hari ini dirasa sangat tidak pro dengan pelaku usaha di Jateng.
Baca: Bambang Krebo: Program Jateng di Rumah Saja Tak Efektif Jika Tanpa Sanksi
“Kita sebenarnya menolak dengan perpanjangan PPKM jilid II ini karena sebenarnya kita lihat juga yang di tahap pertama setelah PPKM angkanya malah naik terus. Jadi, tinggal efektif apa tidak PPKM yang seperti kayak gini,” paparnya.
Diaktakan, pembatasan kegiatan usaha selama ini bisa dirasakan dampaknya hingga tiga bulan ke depan.
“Seharusnya, pemerintah juga bisa memahami dan mengetahui dampak yang dirasakan para pelaku usaha,” tegasnya.
Baca: Dewan: Jateng di Rumah Saja untuk Siapa?
Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Senada dengan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Frans Kongi. Menurutnya, gerakan Jateng di Rumah Saja yang menutup tempat kegiatan usaha akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Sebab, sektor konsumsi selama ini merupakan penopang dari pertumbuhan ekonomi dan memberi pengaruh cukup besar bagi dunia usaha.
Baca: Sempat Menolak, Wali Kota Solo Akan Coba Terapkan Jateng di Rumah Saja
Menurut Frans, seharusnya dunia usaha atau kegiatan ekonomi masih tetap beroperasi dengan pembatasan yang cukup ketat.
“Karena kita tahu, bahwa kalau Covid-19 ini kita tidak kendalikan dan tidak bantu betul-betul ekonomi juga tidak bisa berkembang. Karena itu, saya jamin untuk anggota-anggota saya di industri kami sudah laksanakan protokol kesehatan dengan baik,” paparnya.
Baca: Gerakan Jateng di Rumah Saja, Ganjar Perintahkan Wisata dan Pasar Tutup
Sebenarnya, lanjut dia, yang terpenting adalah tempat-tempat umum juga harus ditegaskan soal aturan protokol kesehatan dan tidak ada tawar menawar.
“Karena jika hanya pelaku usaha saja yang diterapkan untuk tutup tidak ada gunanya memutus rantai penularan Covid-19,” tandasnya. (*)
editor: ricky fitriyanto