in

Nyadran Sendang Putri di Gunungpati, Dipercaya Bisa Bikin Cantik dan Sembuhkan Penyakit

Camat Gunungpati ingin rangkaian acara adat bisa dikemas menjadi atraksi budaya.

Warga 'bancakan' bareng saat Sadran Kali di Sendang Putri Kelurahan Pongangan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Minggu (6/2/2022). (ajie mahendra/jatengtoday.com)

SEMARANG (jatengtoday.com) – Warga Kelurahan Pongangan, Kecamatan Gunungpati berbondong-bondong mendatangi Sendang Putri, Minggu (6/2/2022) pagi. Di sana, mereka menggelar Nyadran Sendang yang sudah menjadi tradisi kampung setiap tahun.

Pagi-pagi sekali, seluruh warga tampak antusias bergotong royong membersihkan area Sedang Putri. Remaja, bapak-bapak, ibu-ibu, hingga kakek-nenek turun tangan. Ada juga anak-anak yang asyik bermain air sendang.

Setelah kerja bakti bersih-bersih, mereka menggelar daun pisang di sekitar sendang. Daun pisang ditata rapi hingga panjang. Daun pisang tersebut digunakan sebagai alas pengganti piring untuk makan.

Ya, nasi ‘bancakan’ digelar di atas daun pisang yang telah dijajar rapi. Kemudian, para warga makan bersama di sana.

Camat Gunungpati, Sabar Trimulyono menjelaskan, Nyadran Sendang ini merupakan budaya kampung yang sudah menajdi tradisi tahunan.

“Tahun ini  warga tampak senang sekali bisa menggelar kirab karena sudah libur dua tahun lalu karena pandemi. Sebenarnya ini bisa lebih meriah lagi, tapi kami tetap menjaga agar tidak terlalu ramai supaya tidak terjadi klaster Covid-19,” ucapnya saat ditemui usai acara.

Ada tiga sendang di Pongangan yakni Sendang Bendok, Sendang Sirawan di RW 2, dan Sendang Putri RW 1. Tahun ini, rangkaian Nyadran Sendang dilakukan dengan sendiri-sendiri.

Kisah Sendang Putri

Tokoh masyarakat, Dwiyono Sudjiwo, 76, menjelaskan Nyadran Sendang Putri dilakukan setiap tahun. Sendang Putri diyakini dapat menghaluskan kulit dan sembuh dari penyakit jika ada yang mandi dengan air di sana.

“Barang siapa yang meminum air dari sendang ini maka insyaAllah dapat menyembuhkan penyakit,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, dia bercerita tentang sejarah Sendang Putri. Dikatakan, ada tokoh yang bernama Bambang Tirtonadi yang menyebarkan Agama Islam di wilayah Pongangan.

Besama santrinya, mereka mendapat penolakan dari Ki Hajar Buntet yang masih menganut aliran animisme. Bentrok pun tak bisa dihindarkan.

Singkat cerita, Bambang Tirtonadi menang. Ki Hajar Buntet yang diburu, berlari dan bersembunyi di bawah pohon besar sekitar sendang.

“Di situ konon ada peri yang cantik. Sendang ini dulunya menjadi tempat pemandian para peri,” jelasnya.

Kemudian Ki Hajar Buntet ditangkap ketika membakar kemenyan. Ki Hajar Buntet menyerah dan tidak akan menganggu lagi. Ki Hajar Buntet pergi ke Selatan, yakni di Nglimut.

Bambang Tirtonadi pun berkata besok jika zaman sudah makmur, Sendang ini saya namakan Sendang Putri.

“Jika ada yang mau mandi di sini akan dipercantik wajahnya dan dihilangkan penyakitnya,” jelasnya.

Hingga akhir hayatnya Bambang Tirtinadi dimakamkan di Ungaran. Ternyata Bambang Tirtonadi adalah seorang wali yang juga dikenal sebagai Hasan Munadi.

Kemasan Atraksi Budaya

Camat Gunungpati mengaku punya obsesi untuk mengemas wilayah Gunungpati menjadi paket wisata.

Menurutnya, ada banyak acara adat di wilayah Gunungpati yang bisa dikemas menjadi atraksi budaya untuk magnet wisatawan.

“Ada banyak potensi yang bisa dijadikan wisata. Sayangnya tidak terekspose,” ucapnya.

Jika banyak wisatawan yang datang, praktis putaran roda ekonomi warga sekitar ikut terdongkrak. Mulai dari home stay, hingga UMKM.

Seperti olahan jamur yang menjadi produk andalan di Kelurahan Pongangan. Hasil UMKM yang sudah dipasarkan hingga di pelosok Jateng ini bisa menjadi oleh-oleh khas wisatawan yang datang ke Pongangan.

“Warga di sini juga memproduksi olahan jamur yang sudah terkenal. Penjualannya sudah sampai ke tingkat Jateng,” imbuh Lurah Pongangan, Suluri. (*)

Ajie MH.