SEMARANG (jatengtoday.com) – Dinamika politik terus berkembang. Meski sejumlah lembaga survei sudah membeberkan elektabilitas sejumlah nama, tapi sosok capres masih belum bisa diraba.
Hingga saat ini, muncul sejumlah nama yang digadang-gadang jadi kandidat presiden. Seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Pranowo Subianto, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, dan lain-lain.
Saat menjadi narasumber Diskusi Publik bertema ‘Keiteria Calon Presiden, Siapa Sosok yang Dianggap Cerdas, Merkayat dan Visioner?’ di Gedung Monod Diephuis & Co kawasan Kota Lama Semarang, Jumat (15/7/2022), pengamat politik dari Fisip UIN Walisongo, Dr Misbah Zulfa Elizabeth menuturkan, citra yang telah melekat di sosok-sosok tersebut, belum bisa dijadikan tolok ukur tingginya tingkat keterpilihan mereka dalam Pilpres 2024.
“Politik itu selalu dinamis dan tak mudah ditebak, kuncinya ada pada siapa pasangan mereka kelak? Posisi orang kedua atau cawapres menjadi kunci, karena yang dipiih rakyat adalah satu paket, dwitunggal, bukan hanya sosok capres saja. Maka, kita tunggu siapa sosok yang akan menjadi pendamping dalam paket pilpres mendatang, itu kuncinya,” paaprnya.
Dia pun meminta awak media untuk benar-benar mengawal pilpres mendatang agar menjadi ajang edukasi politik yang mencerdaskan dan mencerahkan masyarakat.
“Media jangan memblowup sosok yang dirasa memberi energi negatif bagi rakyat. Sebaiknya, dukung dan blow up terus sosok yang memberi energi positif bagi rakyat, yang membangun demokrasi tanpa SARA, yang terus membangun keindonesiaan kita yang berbhineka,” harapnya.
Pembicara lain, Ketua Dema UIN Walisongo Semarang, Shofiyul amin menambahkan, sebenarnya ada banyak sosok yang pandas menjadi pemimpin Indonesia. Hanya saja, masyarakat selalu digiring untuk memilih sosok tertentu.
“Kalau anak-anak muda sekarang, mengenal capres lewat medsos. Artinya, siapa yang kerap muncul di medsos, itulah yang dianggap pantas jadi Presiden,” terangnya.
Begitu juga di daerah pedesaan, ketika para calon pemilih kerap melihat gambar salah satu tokoh yang banyak nampil di baliho.
“Ini yang perlu jadi perhatian. Bagaimana sosok yang benar-benar pantas bisa mendapat banyak dukungan berdasarkan hasil, bukan pencitraan,” tandasnya. (*)