SEMARANG (jatengtoday.com) – Kurator sekaligus konsultan asal Amerika Serikat, Jennifer Issacson, diundang ke Semarang untuk mengurasi produk-produk UMKM di Jateng. Dari kurasi ini, diharapkan pelaku UMKM mampu menembus ekspor di pasar Eropa.
Kurasi dikemas dalam seminar bertema ‘Identifying Market Trends Market Readiness Company Worksheet’, di Balai Pelatihan Koperasi dan UKM, Rabu (19/2/2020). Gelaran yang dihelat Dinas Koperasi dan UKM Jateng ini sekitar 102 pelaku UMKM dari berbagai sektor. Seperti fesyen, handycraft, hingga furnitur.
Pada kesempatan itu, Jennifer berbagi strategi untuk pelaku UMKM agar bisa masuk ke pasar bebas, terutama di Amerika Serikat. Mulai dari selera pasar di sana, hingga tren produk yang lebih mengutamakan fungsi ketimbang dekorasi.
“Apakah produk sudah bisa dijual di Amerika, siapa target ideal pelanggan, bagaimana caranya produk bisa sampai ke pelanggan, alat dan bahan yang diperlukan untuk meningkatkan pasaran,” ucapnya.
Dia pun mengkritisi produk lokal yang nyaris tak pernah berinovasi. “Saya sejak 1980 tahu Indonesia, sampai sekarang desain masih sama. Perlu ada inovasi kekinian,” imbuhnya.
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen, menuturkan, sebenarnya, ada UMKM di Jateng yang sudah mengekspor produknya ke luar negeri. “Kami punya sekitar 161 ribu UMKM binaan. Ada 331 UMKM yang sudah menembus pasar ekspor,” bebernya.
Pria yang akrab disapa Gus Yasin ini juga menyampaikan pentingnya berkomunikasi secara intens antara pelaku, pemerintah daerah, dan lembaga terkait lain, untuk kemajuan UMKM.
“Bisa dibicarakan dengan baik, untuk peningkatan kualitas, kemasannya menarik, dan pangsa pasar yang tepat. Pentingnya mematenkan produk kita, jangan sampai diakui oleh orang lain,” terangnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, Ema Rachmawati menambahkan, untuk bisa go internasional, pelaku UMKM perlu diberi pelatihan untuk mengembangkan produk dan manajemennya.
“Tapi pelatihan saja tidak cukup, masih butuh pendampingan. Jadi, konsultan atau pendamping itu sangat penting,” paparnya.
Sayangnya, kata Ema, jumlah pendamping di Jateng baru 60 orang. Jumlah tersebut berbanding jauh dari jumlah UMKM yang mencapai 4,8 juta. Karena itu, pihaknya mengusulkan ada penambahan pendamping.
Sementara itu, Sekretariat Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kemenlu RI, Winanto Adi menilai, potensi UMKM di Jateng cukup besar. Sayang, kesesuaian marketnya perlu digarap lebih serius.
“Jadi ada barang yang marketnya cocok dijual di Eropa, belum tentu untuk Amerika. Jadi perlu ada modifikasi. Bisa dari produknya, packaging atau informasinya,” jelasnya.
Ditambahkan, pihaknya juga menghadirkan kurator asli dari Amerika supaya tahu pangsa pasar di sana. “Untuk melakukan kurasi, mana yang siap dan mana yang perlu modifikasi. Kalau soal kualitas saya yakin produk Jateng berani bersaing, tapi ke mana pasarnya itu perlu diketahui,” paparnya.
Dikatakan, produk yang lolos kurasi nanti akan diikutkan pameran di New York, Amerika Serikat pada Agustus 2020 mendatang. (*)
editor: ricky fitriyanto