in

Mengatasi Krisis Pangan Dunia

Pertanian berkelanjutan dan ramah-lingkungan, bisa menjadi benteng krisis pangan dunia. Terutama jika para peneliti melakukan inovasi yang bisa diterapkan pada publik. (Foto: Hana Widiawati)

Bicara tentang krisis pangan global yang sedang terjadi, ternyata banyak faktor yang terhubung di sana. Ini agenda kita bersama mengatasi krisis pangan dunia.

Kenaikan Populasi Dunia

Penduduk bumi sekarang sudah lebih dari 8 milyar manusia. Berita terbaru mengenai kelahiran seorang bayi di Filipina menggenapkan populasi
manusia di dunia mencapai 8 milyar. Data yang diperoleh dari worldmeter.info menunjukkan bahwa laju pertumbuhan populasi manusia di dunia mencapai 0,84% per tahun dengan kenaikan populasi diperkirakan mencapai 67 juta orang per tahun.

Tahun 2037 nanti, populasi manusia di dunia diperkirakan mencapai 9 milyar dan terus meningkat hingga mencapai 10 milyar pada tahun 2057. Manusia tentu membutuhkan sumber daya alam untuk dapat bertahan hidup.

Populasi yang terus meningkat menyebabkan peningkatan eksploitasi sumber daya alam guna memenuhi kebutuhan hidup. Pada batas tertentu, sumber daya alam tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan manusia. Seperti sekarang ini, telah banyak ditemukan kasus kelaparan di dunia, termasuk di Indonesia.

Data yang dihimpun dari FAO menunjukkan bahwa padabtahun 2021 sebanyak 702-828 juta orang di dunia dihadapkan pada kasus kelaparan.

Pemanasan Global

Pemanasan global disinyalir menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis pangan di dunia. Pemanasan global adalah peningkatan rata-rata suhu permukaan bumi karena gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfir bumi. Aktivitas manusia yang tidak dapat lepas dari bahan bakar fosil menghasilkan gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Suhu permukaan bumi akan meningkat antara 2-6° C di akhir Abad-21.

Suhu bumi meningkat, terlihat pada terjadinya kekeringan di beberapa negara yang mengganggu sistem pertanian. Produktivitas hasil pertanian mengalami penurunan. Lahan pertanian di daerah pesisir terancam karena kenaikan air laut akibat pemanasan global. Air laut memiliki kandungan garam yang relatif tinggi yang dapat menyebabkan lahan pertanian memiliki salinitas tinggi. Pemanasan global menyebabkan akumulasi garam dalam lahan pertanian. Itu artinya, produktivitas dan kualitas hasil pertanian menurun.

Perang Rusia dan Ukraina

Perselisihan antara Rusia dan Ukraina mempengaruhi stabilitas ekonomi global. Sebagai negara dengan pengekspor gandum global, tentu perselisihan kedua negara tersebut dapat mengubah tatanan perekonomian dunia. Rusia sebagai pemasok utama pupuk pertanian menyebabkan pasokan pupuk di beberapa negara mengalami penurunan.

Bayang-bayang akan kenaikan harga pangan telah di depan mata. Apabila keadaan tidakmembaik, dikhawatirkan harga pangan di Indonesia juga mengalami kelonjakkan.

Data FAO menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Harga Pangan FAO/ FAO Food Price Index (FFPI) sebesar 135,9 poin pada bulan Oktober 2022. Angka tersebut menurun 23,8 poin (14,9%) dari poin tertinggi pada bulan Maret tahun ini, tetapi 2,7 poin (2%) di atas poin FFPI pada bulan Oktober tahun lalu. Intervensi Rusia di Ukraina yang memanas pada Februari 2022 menyebabkan FFPI mencapai 159,7 poin pada bulan Maret tahun ini.

Kenaikan suku bunga acuan juga mengakibatkan harga bahan pokok impor semakin mahal.

Pembahasan Krisis Pangan dalam KTT G20

Beberapa hal yang dipaparkan di atas mengindikasikan krisis pangan yang nyata adanya di sekarang dan di masa depan. Forum G20, forum kerjasama multilateral dengan mengangkat bahasan penting seperti perubahan iklim, pandemi Covid-19, dan keamanan pangan. G20 telah melaksanakan pertemuan di Bali, Indonesia pada 15-16 November 2022. Pertemuan tersebut diharapkan dapat menjadi jembatan bagi negara-negara anggota untuk menjaga stabilitas ekonomi global, terutama masalah krisis pangan, dan energi.

Negara anggota G20 diharapkan dapat menghindari kebijakan yang kontra-produktif dan mencegah praktik penimbunan pangan, serta mendorong pengembangan industri pertanian untuk mendorong ketahanan pangan. Teknologi dan inovasi di bidang pertanian diharapkan mampu menjawab permasalahan isu krisis pangan yang sedang melanda.

Penerapan Pertanian Berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan menjadi salah satu penerapan inovasi dalam penanganan isu krisis pangan dunia. Peneliti dan akademisi diharapkan memiliki inovasi yang mampu diterapkan di masyarakat demi terwujudnya ketahanan pangan baik di Indonesia maupun di tingkat global.

Pertanian organik menggunakan pupuk organik mampu mengurangi kerusakan struktur tanah.

Selanjutnya pemanfaatan bioagensia sebagai pengganti pestisida kimia tidak menimbulkan residu yang berbahaya bagi para petani dan mampu menjaga kelestarian ekosistem.

Pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan mampu meminimalkan dampak negatif sistem pertanian selama ini, serta mampu meningkatkan produktivitas pertanian. [hana]

——-

Hana Widiawati. Mahasiswa Program Doktor Biologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Tinggal di Kaliurang, Yogyakarta.