UNGARAN (jatengtoday.com)—Sebut Ngesti Nugraha telah membuktikan keberpihakan kepada para petani di sekitar danau Rawapening, perwakilan Forum Petani Rawa Pening Bersatu (FPRPB) sepakat mendukung pasangan Mutiara di Pilkada Kabupaten Semarang 2024.
Para petani yang tergabung dalam FPRPB siap bergerak memenangkan pasangan calon bupati dan wakil bupati Ngesti Nugraha- Nur Arifah untuk memimpin Kabupaten Semarang lima tahun ke depan.
Hal ini terungkap usai sejumlah perwakilan FPRPB melakukan pertemuan dengan Ngesti Nugraha, di Posko Mutiara, Tuntang, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Selasa(8/10/2024).
Ketua FPRPB, Suwestiyono mengungkapkan, para petani yang tergabung dalam FPRPB telah melihat komitmen Ngesti Nugraha saat membantu menyelesaikan problem yang dihadapi para petani di sekitar danau Rawapening.
Saat itu –sekitar tahun 2020 hingga 2022—para petani tidak bisa menanam padi akibat lahan pertanian mereka tergenang. Selama dua tahun ‘paceklik’ akibat tidak bisa bercocok tanam inilah Ngesti Nugraha menunjukkan keberpihakannya dalam membantu para petani.
“Kami tidak hanya dibantu sembako, Namun juga membantu menyelesaikan persoalan genangan hingga para petani sekarang bisa menanam dua kali dalam setahun,” ungkapnya kepada awak media.
Wakil Ketua FPRPB Ismail Saleh menambahkan, pada saat itu para petani merasa resah karena adanya program revitalisasi danau Rawapening yang berdampak pada aktivitas pertanian mereka.
“Saat petani resah karena ada program revitalisasi, pak Ngesti –yang saat itu menjadi Bupati Semarang– hadir dan peduli untuk memberikan pendampingan. Sehingga kami merasa nyaman dan tenang,” lanjutnya.
Masih menurut Ismail, pendampingan yang diberikan kepada para petani FPRPB tidak hanya terkait persoalan kebijakan, tapi juga gerakan petani yang menggarap lahan di pinggiran danau Rawapening.
Termasuk juga membantu dalam hal pengurusan pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), sehingga lahan petani yang ada di sekitar danau Rawapening ini sudah umumnya sudah bersertifikat.
Oleh karena itu, para petani FPRPB sepakat untuk memberikan dukungan kepada pasangan Ngesti Nugraha- Nur Arifah (pasangan Mutiara) pada Pilkada Kabupaten Semarang 2024 nanti.”Karena keberpihakan kepada kami memang nyata bukan retorika,” tegasnya.
Menanggapi dukungan dari FPRPB, Ngesti memberikan apresiasi yang tinggi kepada para petani. Karena dukungan kepadanya untuk memenangkan pemilihan bupati dan wakil bupati Semarang 2024 nanti semakin ‘menebal’.
Maka setelah pernyataan dukungan ini akan ditindaklanjuti dengan deklarasi oleh segenap petani yang tergabung dalam FPRPB. “Tunggu waktunya dan deklarasi dukungan secara resmi akan segera dilaksanakan,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Ngesti Nugraha juga menyampaikan, dirinya memang berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di Kabupaten Semarang.Karena industry pertanian menjadi salah satu andalan Kabupaten Semarang.
Seperti akhir- akhir ini muncul keluhan dari petani, terkait dengan sulitnya mencari tenaga tanam Sehingga ketika para petani membutuhkan tenaga tanam harus antre dan mengakibatkan masa tanam sering molor dan kehilangan produktivitas.
Solusinya para petani nanti harus dibantu dengan alat mesin pertanian (alsintan) modern agar pekerjaannya menjadi efektif dan hasl pertaniannya juga bisa semakin optimal.
Misalnya menanam dengan mesin transpanter, memanen dengan mesin combine. “Termasuk untuk penyemprotan pupuk atau pemusnah hama tidak lagi menggunakan tangka berpompa (manual), tetapi memakai drone,” jelasnya.
Di satu sisi, Ngesti juga berharap petani semakin produktif. Salah satu caranya dengan meninggalkan pupuk kimia dengan beralih pada penggunaan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan.
Sebagai pecontohan di Kabupaten Semarang, saat ini sudah ada 10 hektare lahan pertanian padi yang tidak lagi memakai (zero) pupuk kimia dan 30 hektare lahan persawahan yang penggunaan pupuk kimianya terus dikurangi.
Terbukti hasil/ produktivitas pertanian semakin baik dan meningkat cukup signifikan. “Rata- rata peningkatan produktivitasnya mencapai 30 persen lebih. Jika biasanya satu hektare menghasilkan tujuh ton, saat ini mencapai 9,6 ton dan sangat signifikan untuk mendukung ketahanan pangan.
“Percontohan pertanian yang mulai meninggalkan ketergantungan pupuk kimia dan kini beralih pada penggunaan puupuk oganik ini ada di Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang. Silakan buktikan,” tegasnya. (*)