SEMARANG (jatengtoday.com) – Selama ini, stok bawang putih hanya mengandalkan impor. Itu pun hanya dari satu negara saja. Yakni Tiongkok. Praktis, saat Tiongkok bergejolak akibat wabah virus corona, suplai bawang putih terganggu. Harga di pasar pun berdampak.
Karena itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta pemerintah pusat menjadikan bawang putih sebagai komoditas prioritas. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk menggenjot pertanian bawang putih lokal.
“Ini momentum buat pertanian kita khususnya bawang, dengan corona dan orang bertanya-tanya di mana sumber bawang putih. Ini harus kita manfaatkan, musibah ini harus kita cari barokahnya. Barokahnya apa, kita mesti berdikari,” terangnya, Senin (10/2/2020).
Untuk lahan pertanian bawang putih, Jateng punya 2.573 hektare dengan kemampuan produksi 195.472 kilogram. Lahan itu tersebar hampir di seluruh wilayah pegunungan di Jawa Tengah, dari Tawangmangu, Sindoro Sumbing, hingga Tegal.
“Itu sebenarnya bagian untuk mendorong kekurangan ini. Untuk mengejar waktu tidak bisa. Maka harus ada crash program (percepatan) untuk meningkatkan produksi ini,” bebernya.
Sementara untuk pembibitan, Ganjar mengatakan beberapa pihak telah membantu untuk meningkatkan pertanian bawang putih di Jateng. Bank Indonesia salah satunya. Tapi jika tidak ada crash program untuk menghadapi kelangkaan ini, Ganjar khawatir upaya penyebaran bantuan bibit itu gagal. Padahal sampai saat ini 95 pasokan bawang putih di Jateng bergantung impor dari Negeri Tirai Bambu.
“Kalau ini barangnya tidak cepat masuk, bibitnya nanti dijual dan dikonsumsi. Nah ini akan semakin memperpanjang (masalah) lagi,” katanya.
Untuk mengatasi kelangkaan dan melonjaknya harga, dia berharap pemerintah pusat segera membuka kran impor bawang putih. Kalau pun tidak dari Tiongkok, alternatif lain bisa dikirim dari India meskipun secara kualitas masih di bawah bawang putih Tiongkok. (*)
editor: ricky fitriyanto