SEMARANG – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meresmikan 2.906 proyek fisik maupun nonfisik di Kota Semarang selama 2018.
Hendi sapaan akrab Hendrar Prihadi mengeklaim semua pekerjaan berjalan baik dan sudah sesuai ketentuan. Hanya saja, ada satu proyek yang dianggap kurang maksimal pengerjaannya, yaitu proyek pembangunan Pasar Wonodri.
Hanya satu, yakni pembangunan Pasar Wonodri (yang sempat molor). Tapi Alhamdulillah, 25 Januari mendatang diresmikan,” kata Hendi, saat peresmian di Ruang Kontrol Balai Kota Semarang, Selasa (14/1/2019).
Hendi menyampaikan apresiasi kepada jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bekerja maksimal. Mereka dinilai kompak dalam memback-up keberlangsungan ribuan kegiatan di Kota Semarang. Sehingga ribuan kegiatan bisa berjalan lancar, aman dan kondusif.
Dia juga sempat menyinggung, dulu, 2013, ketika ia masih menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt), banyak OPD bekerja dalam kondisi ketakutan karena dibayang-bayangi intrik politik.
“Waktu itu, pekerjaan belum selesai dipanggil kejaksaan, pekerjaan belum selesai, dipanggil Kepolisian. Akhirnya, Silpa-nya sampai Rp 1 triliun. Antara kemalasan dan ketakutan beda tipis,” katanya.
Menurut Hendi, Pemkot Semarang mengalami kemajuan cukup pesat. Serapan anggaran dari tahun 2017 terbilang minim sehingga menghasilkan Silpa mencapai Rp 1 triliun. Serapan anggaran saat itu 92 persen. “Pada 2018, serapan anggaran meningkat signifikan yakni 94 persen,” katanya.
Hendi juga menargetkan, APBD Kota Semarang yang saat ini di kisaran Rp 4,8 triliun, di 2019 bisa mencapai Rp 5,1 triliun.
“Semuanya perlu kerja keras dari kawan-kawan (OPD), kinerjanya perlu lebih ditingkatkan dan belanjanya bisa dilaksanakan semua secara efiisen dan efektif,” katanya.
Meski begitu, Hendi mengaku masih banyak hal yang perlu dikritisi. “Misalnya masih ada OPD yang ‘gedandapan’, kalau belum akhir tahun nggak mau lelang. Lho kenapa nggak mau lelang? Lho Pak, duitnya kan disimpan di Kasda, nanti ada pendapatan deposito untuk pembangunan. Itu, dulu berarti masih pemikiran yang jadul. Ini tolong dikoreksi,” katanya.
Ia menegaskan, pekerjaan di 2019 harus lebih efektif. Pihaknya mendorong agar setiap pekerjaan bisa dikerjakan sejak awal tahun.
“Beberapa pekerjaan yang kesannya dalam proses pengawasan kurang sempurna, sehingga perlu upaya pengawasan yang ketat dan tegas,” katanya.
Lebih lanjut, kata dia, masih ada rumah kumuh yang mestinya bisa dibangun Pemkot Semarang dengan metode RLTH. “Lalu masih ada wilayah, di Kecamatan Tembalang mengalami banjir. Tembalang kan bagian atas, kok bisa banjir ya? Ini kekurangan yang harus dikoreksi,” katanya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto