in

Garap Potensi EBT, Taj Yasin Dorong Pemanfaatan Gas IPAL Komunal hingga PLTS

Jika potensi EBT di Jateng bisa dimanfaatkan dengan maksimal, kekhawatiran krisis energi pada 2050 tidak akan terjadi.

Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen. (ajie mahendra/jatengtoday.com)

SEMARANG (jatengtoday.com) – Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen menyebut jika sebagian besar wilayah di provinsi ini menyimpan potensi energi baru terbarukan (EBT).

Potensi ini bisa menjawab kabar buruk mengenai krisis energi fosil yang diprediksi akan terjadi pada 2050 mendatang.

Karena itu, dia mendorong agar potensi EBT bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai pengganti BBM dan gas elpiji.

“Jateng punya banyak potensi EBT. Ada gas rawa dan gas dari IPAL komunal untuk pengganti elpiji. Potensi PLTS juga sangat tinggi,” ucapnya kepada awak media di rumah dinasnya, Kamis (15/9/2022) malam.

Dia mencontohkan Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.

Di kampung itu, warga memanfaatkan gas dari saptictank komunal untuk menghidupkan kompor di rumah masing-masing.

Sementara di bilangan Kabupaten Semarang, ada kelompok peternak sapi yang memanfaatkan gas dari kotoran ternak. Gas tersebut juga bisa diandalkan untuk menggantikan gas elpiji.

“Potensi ini perlu dikembangkan di daerah lain. Karena peternakan di Jateng itu kan banyak,” tuturnya.

Dia pun berencana menggandeng para pengusaha properti untuk membuat IPAL komunal ketika mengembangkan perumahan.

“Kalau perumahan baru disediakan IPAL komunal, gasnya bisa dimanfaatkan untuk warga setempat. Ini yang coba kami dorong,” bebernya.

Potensi PLTS

Taj Yasin pun membeberkan potensi PLTS hingga 3,5 kwh/m2/hari- 4,67 kwh/m2/hari.

“Potensi panas bumi di Jateng secara hipotetik diperkirakan sebesar 2.500 megawatt atau 5,7 persen dari seluruh cadangan nasional sebesar 29.000 megawatt. Yang sudah operasional di Dieng dengan kapasitas kurang lebih sebesar 1×60 megawatt, atau 5,1 persen dari kapasitas total nasional yang sebesar 1.189 megawatt,” paparnya.

Menurutnya, PLTS bisa dimanfaatkan untuk irigasi pertanian. Sinar matahari bisa diserap untuk memangkitkan energi listri menghidupkan pompa air.

“Untuk menekan biaya, PLTS tidak perlu pakai baterai. Penyiraman itu kan paling hanya pagi sama sore hari. Itu pun hanya berapa jam saja. Jadi sinar matahari ini bisa langsung diolah untuk menghidupkan pompa,” tandasnya. (*)

Ajie MH.