in

Fenomena Langka Hujan Es di Semarang, Ini Penjelasan BMKG

Ilustrasi. Fenomena alam berupa hujan es bersamaan dengan hujan deras dan disertai angin kencang terjadi di sejumlah wilayah Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (21/2/2022) sore. (antara/dokumentasi warga)

SEMARANG (jatengtoday.com) — Sebagian wilayah Kota Semarang, tepatnya di Kecamatan Tembalang mengalami fenomena unik berupa hujan es pada Senin (21/2/2022) pada pukul 16.00–17.30 WIB.

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Sutikno mengatakan, citra satelit Himawari 8 menunjukan adanya pertumbuhan awan konvektif (cumulonimbus) di wilayah Kota Semarang dan sekitarnya.

“Suhu puncak awan mencapai minus 50–80 derajat celsius yang mengindikasikan terjadinya hujan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang serta potensi terjadinya hujan es,” ungkapnya.

Sutikno menjelaskan, hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrem.

Adapun kejadian hujan lebat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi atau musim pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

Dia manambahkan, fenomena hujan es disebabkan adanya awan cumulonimbus. Pada awan ini terdapat tiga macam partikel yaitu butir air, butir air super dingin, dan partikel es.

“Sehingga, hujan lebat yang masih berupa partikel padat baik es atau hail dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan Cumulonimbus tersebut,” ungkap Sutikno.

Ditambahkan, umumnya hujan es skalanya sangat lokal, luasannya berkisar 5-10 kilometer. Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit. Lebih sering terjadi antara siang dan sore hari.

Menurut Sutikno, hujan es tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 30 menit sampai satu jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen.

Downdraft

Sementara, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan, besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan Cb atau yang dikenal dengan istilah “downdraft” dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar yang terbentuk di puncak awan Cb tersebut turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menjadi fenomena hujan es.

Kecepatan “downdraft” dari awan Cb yang signifikan dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara, dan bahkan sampai jatuh ke permukaan bumi pun masih dalam berbentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es.

BMKG mengimbau masyarakat waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem, seperti hujan es, puting beliung (waterspout), hujan lebat disertai petir, dan angin kencang hingga Maret-April mendatang.

Fenomena hujan es bersamaan dengan hujan deras dan disertai angin kencang juga terjadi di sejumlah wilayah di Kota Surabaya, Jawa Timur. Peristiwa serupa juga berlangsung di dua kecamatan di Cianjur, Jawa Barat. (*/ant)

editor : tri wuryono