in

Dunia Usaha Makin Keras, Lapak Ganjar Justru Antarkan UMKM Naik Kelas

Selain Lapak Ganjar, ada program akses permodalan hingga pelatihan untuk meningkatkan kualitas UMKM.

Pengusaha produk herbal, Elisa Anggrain saat bertemu Ganjar Pranowo di Pameran UMKM HUT ke-78 Jateng di Brebes, 19 Agustus 2023. (istimewa)

DUNIA USAHA makin keras. Tidak semua orang bisa dapat pekerjaan. Bahkan yang sudah punya gelar sarjana. Karena itu, menjadi wirausaha kecil-kecilan bisa jadi solusi mendapatkan pundi-pundi rupiah. Ya, sudah jadi rahasia umum jika UMKM merupakan pondasi terkuat perekonomian daerah. Tapi tak banyak yang tahu, bagaimana mengembangkan potensi UMKM agar bisa ‘naik kelas’.

Saat menjadi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kerap srawung bareng rakyat. Para pelaku UMKM pun ikut dikumpulinya. Dia datang sebagai teman, bukan pejabat. Praktis, para pelaku UMKM bisa curhat bebas. Tidak ada yang ditutup-tutupi atau mengarang cerita seolah semua baik-baik saja.

Dari situ, Ganjar tahu betul apa yang menjadi kendala pelaku UMKM. Terutama yang baru merintis usaha. Umumnya, kendala UMKM ada tiga. Modal, kreasi, dan pemasaran. Tiga kendala utama itu pun digodok Ganjar hingga menghasilkan program untuk mendorong UMKM ‘naik kelas’.

Di era digital, internet yang kini bisa diakses nyaris semua orang, seharusnya memudahkan pemasaran. Pemasaran produk UMKM bisa memanfaatkan kemudahan ini. Ya, teknik pemasaran online.

Pedagang bisa membangun toko di dunia maya agar bisa diakses semua pengguna internet. Tapi yang jadi masalah, bagaimana toko online yang sudah dibangun tersebut bisa mampir di gadget calon konsumen.

Untuk menjawab persoalan itu, munculah tren endorsement. Selebgram atau mereka yang punya banyak pengikut di media sosial, dimintai tolong untuk mengiklankan produk. Namanya iklan, tentu ada kompensasi yang harus diberikan. Kompensasi yang biasanya berwujud rupiah itulah yang kadang justru jadi beban pelaku UMKM. Barang belum pasti laku, kok sudah harus keluar duit.

Ganjar seolah mendengar keluhan tersebut. Dia pun membuka diri untuk menjadi endorse khusus UMKM di akun Instagram @ganjar_pranowo secara sukarela alias gratis. Ganjar memang punya banyak follower di akun Instagramnya. Sampai 6 juta lebih. Maklum, selama menjadi gubernur, Ganjar memang aktif di medsos. Bukan asal mengikuti tren anak-anak muda, tapi untuk menyerap dan menerima laporan warga agar lebih mudah.

Program endorse UMKM yang diberi nama Lapak Ganjar ini dibuka pertengahan 2020 silam. “Awalnya Lapak Ganjar saya cetuskan untuk membantu pemasaran produk para pelaku UMKM yang lesu saat pandemi (Covid-19), namun animo masyarakat begitu besar sehingga terus kita lanjutkan,” ucap Ganjar.

Konsep Lapak Ganjar cukup tertata. Saban pekan, disediakan satu edisi tertentu. Edisi ini menentukan tema usaha yang bakal di-endorse. Misalnya edisi kaus oblong, sandal, keripik, buah-buahan, dan lain sebagainya.

Hingga akhir masa jabatan sebagai Gubernur Jawa Tengah, Lapak Ganjar telah menggelar 136 edisi. Lebih dari 3.439 pelaku UMKM dari 124 kabupaten/kota mengikuti program ini. Jangkauan Lapak Ganjar memang luas. Tidak ada batasan wilayah bagi pelaku UMKM untuk ikut Lapak Ganjar.

Meski Ganjar waktu itu merupakan Gubernur Jawa Tengah, tapi UMKM dari provinsi lain boleh ikut. Ada penjual dari luar Pulau Jawa yang turut merasakan manfaatnya. Seperti Riau, Aceh, Sulawesi, hingga Papua.

Banyak pelaku UMKM yang kepincut karena cara ikutnya gampang. Hanya mengunggah foto produk di instagram dengan dilengkapi lokasi dan nomor telepon penjual. Dengan begitu, calon konsumen bisa langsung menghubungi penjual. Meski caranya tergolong mudah, tapi hasil yang didapat cukup besar.

Beli Rumah Kontan

Seperti yang dirasakan Elisa Anggraini. Penjual produk herbal dari Magelang ini pantas disebut pengusaha sukses gara-gara ikut program Lapak Ganjar. Sebab, laba yang didapatkan dari jualan produk herbal bisa untuk membeli rumah secara kontan.

Dia pun sempat mengucapkan terima kasih kepada Ganjar saat pameran UMKM HUT ke-78 Jateng di Brebes, 19 Agustus 2023. “Pak Ganjar, terima kasih banyak Pak. Terima kasih Bapak sudah membantu saya. Berkat Bapak, saya sekarang sudah bisa beli rumah, kes. Harganya Rp 450 juta. Itu berkat Bapak, berkat jualan UMKM ini,” kata Elisa, ketika Ganjar mampir ke stan pamerannya.

Elisa bercerita, setelah ikut Lapak Ganjar, penjualannya meroket hingga 250 persen. Omzetnya pun ikut menanjak. Jika sebelumnya dapat Rp 500.000 saja sudah bersyukur, setelah di-endorse Ganjar, bisa tembus hingga Rp 30 juta per bulan.

“Produk saya jadi terkenal sampai Eropa. Sekarang ekspor rutin ke Belanda, Venesia, Malaysia, dan Hongkong Pak,” terangnya.

Dia pun berharap, program bantuan UMKM yang bisa dirasakan langsung oleh pelaku usaha seperti Lapak Ganjar, bisa terus ada.

“Harapannya gubernur selanjutnya jangan sampai tidak seperti Pak Ganjar. Pak Ganjar itu selalu peduli pada UMKM, mendampingi, memberikan motivasi, akses modal dan lainnya, yang membuat UMKM seperti kami bisa mandiri,” ucapnya.

Program Lapak Ganjar pun menarik perhatian Pengamat Sosial yang juga Kepala Pusat Kajian Pembangunan Sosial (SODEC), Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sosial FISIPOl Universitas Gadjah Mada (UGM), Hempri Suyatna.

Dia menilai, Lapak Ganjar merupakan salah satu program besutan Ganjar yang dampaknya bisa langsung dirasakan masyarakat luas. Sebab, platform e-commerce saat ini banyak dari swasta. Yang milik pelat merah hanya bisa dihitung dengan jari. Itu pun tak serius digarap.

“Karena saya lihat yang muncul di nasional adalah e-commerce swasta. Saya kira kalau pemerintah memiliki e-commerce sendiri yang lebih kuat, akan lebih menarik. Seperti Pak Ganjar memanfaatkan akun Instagramnya untuk Lapak Ganjar yang membawa UMKM bisa naik kelas,” paparnya.

Tidak hanya lewat Lapak Ganjar, Gubernur Jawa Tengah dua periode ini juga melahirkan aplikasi Belanja Langsung Toko Online Jawa Tengah atau Blangkon Jateng pada 2021. Aplikasi e-commerce ini untuk mendorong serapan produk lokal dalam belanja pemerintah. Tercatat, hingga 2023, total transaksi di aplikasi ini mencapai Rp 545,7 miliar.

Seperti Elisa, Hempri juga berharap program seperti Lapak Ganjar bisa tetap ada meski Ganjar sudah tidak jadi Gubernur Jawa Tengah. Bahkan mungkin bisa terus dikembangkan jika Ganjar kelak menjadi presiden.

“Katakanlah nanti Ganjar menjadi presiden, lalu melanjutkan program tersebut tentu akan menjadi magnet yang baik untuk pemasaran produk-produk lokal,” harapnya.

Hulu hingga Hilir

Hempri menyoroti, upaya Ganjar untuk mengangkat UMKM agar bisa ‘naik kelas’ memang dilakukan dari hulu hingga hilir. Banyak inovasi yang digagas Ganjar. Selain Lapak Ganjar, ada program akses permodalan hingga pelatihan untuk meningkatkan kualitas UMKM.

Untuk masalah permodalan, Ganjar mempersunting Bank Jateng untuk melahirkan Kredit Mitra Jateng 25 atau yang biasa disebut M25. Plafonnya tembus Rp 25 juta dengan jangka waktu kredit maksimal tiga tahun.

Karena niatnya untuk membantu pengembangan UMKM, bunga yang dibebankan cenderung rendah. Hanya 7 persen per tahun efektif, atau setara 3,72 persen flat per tahun. Saat kali pertama diluncurkan pada 2016 silam, bunga kredit M25 diklaim paling rendah se-Indonesia, hingga mendapatkan penghargaan dari Presiden Joko Widodo.

Pelaku UMKM pun tergiur dengan kredit M25. Apalagi, banyak bertebaran kisah sukses para kreditur yang mampu mengembangkan usaha mereka dari program ini.

Pada 2022, Bank Jateng mencatat telah menyalurkan kredit usaha ini hingga Rp 55,27 triliun. Capaian ini dinobatkan sebagai penyalur kredit UMKM terbesar secara nasional. Di bawahnya ada BPD Jawa Timur dengan capaian Rp 54,33 triliun dan Jawa Barat Rp 42,15 triliun.

Mengenai pelatihan UMKM, Ganjar menyiapkan sebuah fasilitas khusus yang menjadi ruang para pengusaha untuk menggali potensi masing-masing. Namanya Hetero Space. Tempat ini menjadi ‘Kawah Candradimuka’ para pelaku UMKM. Di coworking space ini, para pengusaha digembleng hingga siap menjadi sukses. Terutama start up.

Awalnya, Hetero Space hanya ada di Kota Semarang, tepatnya di bilangan Banyumanik. Tapi karena dampaknya bisa dirasakan langsung dan banyak yang ingin bergabung, Hetero Space pun membuka cabang di Surakarta dan Banyumas. Hingga saat ini, sudah lebih dari 60.000 lebih peserta yang digodok di ‘Kawah Candradimuka’ Hetero Space.

Hempri menilai, inovasi yang dilakukan Ganjar agar UMKM ‘naik kelas’ tersebut merupakan bagian dari program pengentasan kemiskinan. “Ini bagian integral dari program pengentasan kemiskinan, termasuk tadi pelatihan berjenjang untuk UMKM. Harapan saya program-program ini bisa dilakukan secara kontinyu sehingga UMKM yang ada bisa naik kelas. Itu program bagus yang bisa digunakan dalam pengentasan kemiskinan di negeri ini,” tandasnya. (*)

editor : tri wuryono