SEMARANG (jatengtoday.com) – Meski kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) jilid 1 di Kota Semarang membuat angka positif Covid-19 mengalami penurunan, tetapi setelah PKM diperpanjang, justru angka positif Covid-19 mengkhawatirkan.
Tidak main-main, jika dalam kurun waktu PKM jilid 1 terdapat 47 orang positif Covid-19, pada masa PKM jilid 2 tercatat sebanyak 84 orang positif. “Berangkat dari angka 47 positif Covid-19 saat diberlakukan PKM di Kota Semarang jilid 1, saat ini ada 84 orang positif. Ini jumlah yang sangat banyak,” ungkap Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Kamis (28/5/2020).
Maka dari itu Hendi meminta warga Kota Semarang agar tetap menaati aturan sesuai dengan protokol kesehatan penanggulangan Covid-19. Ia menilai, sejauh ini masih banyak warga tidak tertib dalam menjalankan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
“Perlu saya sampaikan kepada masyarakat untuk tetap menjalankan SOP kesehatan. Bahkan hingga tadi malam pun, petugas patroli masih menemukan rombongan warga Semarang yang nongkrong di luar tanpa masker. Saat diingatkan malah marah-marah,” ujarnya.
Pihaknya bersama jajaran Pemkot Semarang dan sejumlah pihak lain terus menggencarkan rapid test dan swab test di sejumlah pusat keramaian, seperti pasar, mal, maupun kafe. Temuannya sejauh ini paling banyak ditemukan di pasar tradisonal. “Di Pasar Peterongan dan Karangayu ditemukan dua orang reaktif. Namun setelah dilakukan swab test, hasilnya negatif,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Hendi, ada delapan orang di Pasar Kobong dinyatakan reaktif. Setelah dilakukan tracking, hasilnya sangat mengejutkan. “Terakhir ada 28 orang positif. Dari 28 orang tersebut, 11 orang di antaranya warga luar Semarang dan 17 warga Semarang. Ini temuan dari hasil rapid test dan maupun swab test,” bebernya.
Hingga saat ini, pemeriksaan di sejumlah mal maupun kafe di Kota Semarang hasilnya negatif semua. “Selain itu, ada dua masjid di wilayah Semarang Barat yang sempat ditemukan warga reaktif berdasarkan hasil rapid test. Alhamdulillah, setelah dilakukan swab test hasilnya negatif,” katanya.
Melihat hasil rapid test yang dilakukan, pasar menjadi salah satu tempat yang sangat rentan terjadi penularan virus. “Kami belum bisa menganalisis secara pasti, tapi di pasar terjadi pertemuan antara pembeli dan penjual. Umumnya pembeli mendapatkan pasokan dari daerah sekitar. Misalnya sayur dari Bandungan, ikan dari Tuban, Rembang, Pemalang, Tegal dan seterusnya. Jadi, siapa saja pedagang yang positif bertemu dengan siapa saja. Baik dengan keluarganya maupun warga,” ujarnya.
Paling ironis, kata Hendi, ada dua keluarga di Pedurungan positif Covid-19. “Suaminya pedagang di Pasar Kobong, istri dan anaknya positif. Bahkan beberapa tetangganya positif. Jadi, saya mengingatkan perlunya kesadaran masyarakat sekali lagi. Meskipun badan sehat, kita harus tetap menerapkan SOP kesehatan. Takutnya, kita merasa diri kita sehat, anak-anak, keluarga kita yang kena kan kasihan,” ungkapnya.
Penularan Covid-19 bisa melalui media apa saja. Bahkan ketika warga melakukan transaksi jual beli menggunakan uang juga patut diwaspadai.
“Bisa juga, karena seseorang yang menderita Covid-19 lewat air liurnya, lewat tangannya karena tidak menjaga kebersihan, kemudian tangan memegang uang untuk transaksi, maka itu bisa menyebar. Makanya diharapkan tangan ini harus selalu bersih. Setelah pegang uang kalau ada washtafel cuci tangan,” ujarnya. (*)
editor: ricky fitriyanto