in

Diskriminasi Masih Terjadi di Berbagai Bidang

SEMARANG (jatengtoday.com) – Puluhan aktivis Semarang yang tergabung dalam Aliansi Barisan Kesetaraan (ABK) melakukan aksi turun ke jalan. Aksi digelarbuntuk memperingati Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day (IWD) yang jatuh pada Jumat (8/3/2019).

Humas ABK sekaligus perwakilan dari komunitas Muda Melawan, Nadia mengatakan, jaringan perempuan di Kota Semarang ini harapannya dapat saling menguatkan untuk memperjuangkan hak-hak yang selama ini belum terpenuhi.

Menurutnya, tuntutan utama dalam aksi ini adalah “melawan budaya patriarki” dan “hancurkan kapitalisme”. Tuntutan pertama diambil karena melihat kondisi kaum perempuan yang dibuat merasa normal atas ketidakadilan yang dialaminya. “Seolah itu dibenarkan dan memang dari sananya begitu. Padahal tidak,” tegasnya.

Nadia melanjutkan, meskipun IWD sudah diperingati puluhan kali, tetapi praktik diskriminasi hingga kini masih terus terjadi di berbagai bidang dengan bentuk yang beragam. Bahkan, Komisi Nasional Perempuan RI mencatat terdapat ratusan produk hukum yang mendiskriminasi perempuan.

Adapun tuntutan kedua, kata Nadia, muncul ketika melihat ketidakadilan yang saat ini bisa diamati dengan seksama. “Ternyata ketidakadilan itu tidak terjadi pada perempuan saja. Penindasan terjadi secara sistematis kepada rakyat kecil seperti kita,” katanya.

Selain 2 tuntutan utama tadi, imbuhnya, ada beberapa tuntutan lain yang hendak digaungkan oleh ABK. Diantaranya “Bangun Gerakan Perempuan”, “Berikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Sejak Dini”, “Lindungi Pekerja Seks”, dan “Lawan Toxic Masculinity”.

“Poin-poin tersebut menyebutkan hal-hal terkait ketidakadilan yang kami rasakan setiap harinya. Tuntutan itu hanya sebagian kecil dari penindasan yang dialami oleh rakyat tertindas lainnya,” tegas Nadia.

“Kami terbuka secara demokratis akan tuntutan lain asal tidak rasis, tidak fasis, dan tidak seksis. Kami tahu, tidak akan ada banyak perubahan dalam kondisi penindasan yang terjadi saat ini bila sistemnya tidak diubah,” imbuhnya.

Sementara itu, kata Nadia, aksi semacam ini juga dilakukan serentak di seluruh dunia sebagai upaya menegaskan sikap terhadap penindasan yang harus diakhiri bersama-sama. Penegasan itu tidak berhenti hanya aksi di jalan, melainkan dengan kampanye di ruang publik, sosial media, dan diskusi-diskusi memahami dan cara melawan penindasan terhadap perempuan. (*)

editor : ricky fitriyanto