in

Dibiarkan Terkatung-katung, Pedagang Terboyo Tuding Dishub Tak Bisa Bekerja

SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebanyak 174 pedagang Terminal Terboyo hingga sekarang terkatung-katung tanpa ada kejelasan nasib. Pasca Terminal Terboyo dibongkar oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang beberapa bulan lalu, hingga sekarang para pedagang belum diberi tempat relokasi.

Tentu saja, kondisi ini membuat para pedagang hidup segan mati tak mau. Para pedagang berkali-kali mengadu ke DPRD Kota Semarang, maupun bertemu dengan perwakilan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang. Namun tidak ada satupun solusi dari hasil pertemuan yang direalisasikan.

Bahkan pernyataan Sekretaris Dishub Kota Semarang, Kusnandir, dinilai bertolak belakang dengan fakta yang terjadi sebelumnya. Pedagang justru sakit hati karena malah disalahkan karena tidak mau dipindah.

“Pernyatakan Kusnadir malah menyatakan bahwa pedagang tidak mau menempati di Terminal Mangkang. Siapa yang nggak mau? Kami siap pindah kapanpun. Bahkan kami yang mengajukan permohonan bantuan ke pihak ketiga, dijembatani oleh Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi, sehingga mendapat bantuan material dari BNI untuk penyekatan kios di Terminal Mangkang. Tapi sampai saat ini malah justru tidak ada realisasi,” ungkap salah satu anggota PPJ Terminal Terboyo, Hendro Cahyono, Jumat (17/8).

Dikatakannya, kondisi sekarang, para pedagang Terminal Terboyo terkatung-katung tidak ada kejelasan. “Bisa dilihat, semua fasilitas umum dimatikan, listrik dimatikan, bangunan dibongkar, bahkan tempat pedagang di Terminal Mangkang juga akan dirobohkan untuk didesain ulang, dibangun 2019. Lalu kami mau ditempatkan dimana? Padahal kami butuh mencari nafkah,” katanya.

Sebetulnya, kata dia, dulu sempat hendak diundi untuk penempatan pedagang Terboyo di Terminal Mangkang. Karena penyekat kios di Terminal Mangkang belum ada, dan Pemkot Semarang tidak bisa menganggarkan, maka pedagang membuat proposal bantuan ke pihak ketiga dalam hal ini ke BNI. “Material sudah datang, tetapi kami tidak jadi diundi. Tiba-tiba, kami mau dipindah ke Pasar Banjardowo. Kami malah dibilang tidak mau dipindah. Setelah kami cek, Pasar Banjardowo tidak memenuhi syarat. Itu pasar mati. Di sana hanya ada tempat sabung ayam,” katanya.

Menurut dia, pernyataan kebijakan yang dikeluarkan Dishub Kota Semarang menyakiti hati para pedagang. Dari awal hingga sekarang tidak ada yang terealisasi. Dishub dinilai tak bisa bekerja secara profesional dan terkesan mencla-mencle. Saat ini muncul lagi rencana akan direlokasi ke Pasar Banjardowo Genuk.

“Jujur kami sampaikan, kalau kebijakan itu yang menyampaikan adalah orang Dinas Perhubungan Kota Semarang, siapapun orangnya, kami tidak percaya. Kami bersedia ditempatkan di Pasar Banjardowo apabila ada jaminan dari pemerintah, dalam hal ini Wali Kota atau Wakil Wali Kota. Walaupun kepala dinas datang atasnama pemerintah, kami tidak akan percaya,” tegasnya.

Sejak awal, lanjut dia, para pedagang maunya bedhol desa dari Terboyo ke Terminal Mangkang. “Semula sudah oke, sampai kami bikin proposal bantuan untuk pihak ketiga dengan dijembatani oleh Ketua DPRD Kota Semarang. Tapi sekarang, bantuan itu sudah ada, proyek perbaikan tidak dilaksanakan. Kami tidak tahu dana bantuan itu larinya ke mana. Malah Pak Kusnadir bilang, ‘Kalau dulu mau pindah, sudah pindah. Salah siapa tidak mau pindah?’” katanya.

Sekretaris Dishub Kota Semarang, Kusnandir mengatakan pembangunan Terminal Terboyo sudah ada pemenangnya. “Mau tidak mau harus diuruk setinggi 1,7 meter. Pedagang tidak bisa menempati di sana,” katanya.

Untuk solusi relokasi pedagang Terminal Terboyo, kata Kusnandir, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Dinas Perdagangan Kota Semarang. “Pasar Banjardowo sudah diizinkan, nanti akan didukung dengan pembangunan jalan inspeksi untuk dikeraskan sebagai akses pendukung, termasuk dibangun sub terminal BRT. Kami juga sudah koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), kami sudah berusaha dengan rekan-rekan,” katanya.

Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu yang juga sempat menemui perwakilan pedagang mengatakan, ada kejar-kejaran waktu, baik untuk pembangunan Terminal Terboyo maupun Terminal Mangkang. “Kalau Terminal Mangkang kewenangannya ada di Kementerian Perhubungan. Sedangkan Terboyo wewenang Pemkot Semarang. Tetapi memang ada satu proses terputus, yakni permasalahan pedagang dengan jadwal pembangunan,” katanya.

Pihaknya mengaku telah ada kesepakatan dan telah meminta Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Semarang untuk hari Selasa mendatang dilakukan pertemuan dengan para pedagang. “Nanti Dishub dan Dinas Perdagangan bersama para pedagang kami pertemukan biar lebih jelas. Rencana tempat relokasi, yakni Pasar Banjardowo yang selama ini mati biar dicarikan solusi. Saya harapkan ada perubahan-perubahan, misalnya, nanti ada rencana pembangunan sub terminal, pengerasan jalan, Insya Allah menjadi tempat yang ramai. Harapannya permasalahan ini segera selesai,” katanya. (*)

editor : ricky fitriyanto