in

Bisma Karisma & Tridhatu: Perpaduan Musik Spiritual, Eksperimental, dan Ruang Reflektif

Antara nada, cerita, dan perjalanan batin menyatu dalam konsep pertunjukan intim.

SEMARANG (jatengtoday.com) –  Musisi dan aktor Bisma Karisma bersama kelompok eksperimen bunyi Tridhatu melanjutkan rangkaian Persinggahan Rihlah, sebuah ruang dengar dan refleksi yang menggabungkan musik kontemplatif dengan eksplorasi suara.

Setelah menggelar edisi perdana di Suara Dewandaru, Sleman, Yogyakarta pada 20 Juli 2025, mereka kini membawa pengalaman serupa ke Kedai Nyamin, Semarang, Sabtu, 9 Agustus 2025 pukul 19.00 WIB.

Keduanya hadir untuk membuka ruang bagi pendengar merasakan hubungan antara nada, cerita, dan perjalanan batin. Dalam konsep pertunjukan intim. Menghilangkan jarak antara penonton dan panggung.

Kolaborasi Bisma Karisma dan Tridhatu yang dihelat di Kedai Nyamin, Semarang, Sabtu, 9 Agustus 2025. (Foto Dokumentasi Tridhatu)

Rihlah: Perjalanan Musikal dan Batin

Album Rihlah (rilis 21 Juni 2024) adalah karya solo Bisma Karisma yang memadukan lirik-lirik reflektif, nuansa spiritual, dan warna musik eksperimental. Kata Rihlah sendiri diambil dari bahasa Arab yang berarti “perjalanan”, khususnya perjalanan mencari ilmu dan pencerahan.

Bisma, yang dikenal publik sejak 2010 sebagai personel boyband SMASH, telah bertransformasi menjadi seniman dengan pendekatan lebih mendalam. Dalam Rihlah, ia bekerja sama dengan produser seperti Lafa Pratomo, Alyuadi (Heals), dan Rizky Parada (Gaung), serta menghidupkan kembali karya maestro Harry Roesli lewat aransemen baru yang penuh rasa. Lagu-lagu seperti Malam dan Aamiin menjadi penanda kedewasaan musikalnya.

“Di Semarang ini tepat saat bulan Purnama. Waktunya berserah diri dengan jujur dan tulus. Rihlah sudah tepat satu tahun ini. Ini merupakan proses untuk menutup buku Rihlah. Nantinya akan saya buka kembali entah berapa tahun lagi. Selama saya masih hidup,” ujar Bisma.

Kolaborasi Bisma Karisma dan Tridhatu.

Tridhatu: Eksperimen Bunyi yang Mengakar pada Budaya

Tridhatu adalah kelompok eksperimen bunyi dari Semarang, dibentuk tahun 2018 oleh Aristyakuver dan Andy Sueb. Mereka memadukan riset budaya, frekuensi suara, dan seni pertunjukan lintas disiplin.

Salah satu proyek besar mereka, Damalung Blueprint (2022–2023), menafsirkan kembali warisan budaya Gunung Merbabu melalui musik, riset arkeologi, lukisan, busana, dan film dokumenter.

Dalam Persinggahan Rihlah, Tridhatu membawa pendekatan bunyi yang memanfaatkan instrumen bunyi untuk menciptakan suasana yang meditatif dan menyentuh batin.

“Kolaborasi ini adalah pertemuan antara perjalanan spiritual Bisma dengan eksplorasi bunyi kami. Kami ingin menghadirkan resonansi yang menyentuh tubuh, jiwa, dan semesta,” kata Andy Sueb.

Dari Yogyakarta ke Semarang

Di Yogyakarta, Persinggahan Rihlah di Suara Dewandaru berlangsung intim. Bisma dan Tridhatu menampilkan musik yang mengalun di ruang temaram, diiringi aroma wewangian alami.

Pendengar duduk lesehan, mendengarkan album Rihlah secara utuh, lalu mengikuti sesi diskusi reflektif. Kehangatan interaksi dan kekuatan bunyi membuat banyak peserta merasa mendapatkan pengalaman personal yang langka.

Turut tampil dalam pentas tersebut adalah Tahta Manggala dengan seruling kayunya dan Sunyi Ruri dengan gitar akustik.

Semarang menjadi lanjutan perjalanan ini. Selain menghadirkan pertunjukan dan diskusi, penonton  mendapatkan sapaan Rihlah: surat personal dari Bisma Karisma, Merchandise spesial kolaborasi RIHLAH x Jumbuh, Circle reflektif bersama Bisma & Tridhatu. Dibuka oleh grup musik asal Semarang, The Syams.

Pertunjukan di Semarang dibagi menjadi 3 sesi. Pertama dilakukan oleh Tridhatu. Dilanjutkan dengan kemunculan Bisma dari belakang penonton. Dia muncul dengan bunga sedap malam dalam genggamannya.

Dia mulai berdendang dan berjalan pelan menuju panggung. Alat musik karinding yang dibuat oleh maestro karinding, Abah Olot, dimainkannya. Dilanjutkan dengan memainkan handpan. Dia pentas bersama Tridhatu dalam kolaborasi.

Sesi ketiga, Tridhatu dan Bisma memainkan komposisi yang lebih intim. Penonton diajak menikmati alunan musik yang mendayu. Di tengah pertunjukan Bisma mengajak interaksi penonton.

Beberapa penonton diminta untuk mengungkapkan doa dan harapan pribadi. Orang yang telah mengungkapkan hal itu diberinya saru batang bunga sedap malam satu persatu. Diakhiri dengan mendendangkan kata, “Amin”. (*)