in

Begini Tanggapan Buruh soal Kebijakan Pemerintah di Tengah Pandemi Corona

SEMARANG (jatengtoday.com) – Kebijakan Pemprov Jateng untuk memangkas 50 persen pendapatan ASN golongan III ke atas, menuai pro dan kontra. Tidak sedikit ASN yang mengeluhkan kebijakan tersebut dengan berbagai alasan. Padahal, pemotongan itu untuk membantu masyarakat kecil dan buruh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama masa pandemi.

Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBI), Elly Rosita Silaban menuturkan, terobosan Pemprov Jateng sangat menenangkan kekhawatiran hidup masyarakat yang kesusahan. “Termasuk di dalamnya kawan-kawan buruh,” ucapnya ketika dihubungi, Sabtu (2/5/2020).

Tapi, dia menyayangkan, hanya pendapatan ASN saja yang dikembalikan ke masyarakat. Menurutnya, alangkah lebih baik lagi jika pendapatan pejabat di BUMN, anggota dewan, Kementerian, dan lain-lain, juga dipotong.

“Empati ini penting, mereka yang mampu harus membantu masyarakat, sekecil apapun bentuknya itu sangat bermanfaat,” ucapnya.

Sebab saat ini, banyak masyarakat yang kelaparan dan tidak bisa meneruskan hidup mereka. Dengan bantuan itu lanjut dia, akan banyak masyarakat tertolong dan minimal mereka bisa menyambung hidup dan bisa makan.

Disinggung terkait pro kontra para ASN terhadap usulan itu, Elly menilai hal itu seharusnya tidak terjadi. Nasib para ASN menurut Elly jauh lebih beruntung dibanding pihak lain di tengah pandemi ini. Jajaran ASN tidak boleh terlalu ekslusif dan mempertontonkan kemewahan disaat banyak masyarakat kesulitan. Meski selama ini mereka dirumahkan, namun masih tetap menerima bayaran utuh.

“Mereka nasibnya masih lebih bagus karena selama ini meskipun dirumahkan, namun tidak ada pemotongan. Sementara para buruh, ada yang di PHK atau dirumahkan tanpa ada pendapatan. Seharusnya, usulan Pak Ganjar ini didukung sebagai bentuk sumbangsih kepada masyarakat yang lebih membutuhkan,” tuturnya.

Senada dengan Sekertaris Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Jateng, Syariful Imaduddin. Pihaknya sangat setuju dengan usulan memotong pendapatan ASN 50 persen.

“Kawan-kawan ASN itu kondisinya yang paling stabil saat pandemi ini. Meskipun ada yang dirumahkan, namun penghasilannya tidak berkurang. Sementara kami, banyak yang di-PHK atau dirumahkan tanpa pesangon dan uang bayaran,” kata dia.

Syarif menerangkan, pro kontra pasti terjadi karena menyangkut kepentingan banyak orang. Apalagi, pendapatan merupakan hak pribadi masing-masing. Tapi dibanding buruh atau masyarakat kecil lainnya, nasib ASN yang dipotong pendapatannya itu tidaklah ada apa-apanya. Mereka tetap mendapat gaji dan masih bisa mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari.

“Sekarang saatnya kita semua gotong royong, saling berempati dan membangun solidaritas yang sama. Kami yakin pemotongan 50 persen pendapatan itu memberatkan, tapi kondisi masyarakat kecil lainnya lebih banyak yang mengenaskan daripada itu,” tegasnya.

Saat inilah lanjut Syarif, bagaimana kebangsaan diuji. Nilai-nilai Pancasila diuji dengan wabah yang membuat hampir semua sektor terpukul. Membangun solidaritas yang tinggi antar sesama bangsa lanjut dia adalah hal paling penting dalam penanganan wabah Covid-19. Jika semua bisa duduk bersama bergandengan tangan dan saling membantu, tentu semuanya bisa dilewati dengan baik.

“Memang semuanya terdampak, teman-teman ASN pun pasti terdampak akibat wabah ini, namun dampak pada masyarakat kecil lainnya jaih lebih parah. Siapapun bisa melakukan solidaritas, termasuk kawan-kawan ASN,” tandasnya. (*)

editor : tri wuryono