SLAWI (jatengtoday.com) – Meninggalnya dalang Ki Enthus Susmono sempat mengguncang dunia seni dan pemerintahan. Pasalnya, hembusan nafas terakhir Enthus bisa dibilang tiba-tiba. Awalnya mengeluh merasa capek dan lemas, tak lama kemudian langsung meninggal.
Putra Enthus Susmono, Firman Haryo Susilo bercerita, almarhum merupakan seorang pekerja keras, pribadi pembelajar, dan orang yang kepo (selalu ingin tahu). Selama hidupnya bekerja tanpa mengenal waktu, lelah, dan tidak pernah sakit ataupun mengeluh sama sekali. “Kalau mengeluh capek iya, biasanya Abah cuma minum obat terus tidur kemudian bangun sudah guyonan lagi,” ungkapnya saat prosesi pemakaman Enthus di Desa Bengkle, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Selasa (15/5).
Sejak jadi dalang sampai sekarang menjadi bupati, almarhum selalu bekerja tidak mengenal lelah dan terus belajar mengaji. Bahkan Firman mengaku iri terhadap semangat belajar Ki Enthus. Terlebih sampai detik akhir usia hidupnya, almarhum tidak merasa capai untuk belajar hingga menghasilkan karya-karya luar biasa dan berbagai prestasi.
“Saya yang muda merasa iri dengan Abah. Beliau seniman yang terus belajar serta rajin mengaji. Saya tidak bisa seperti itu, bahkan saat SMA saya bedud (bandel) dan sering bolos. Ketika saya melihat Abah mengaji dan belajar tentang pemerintahan, mencatat pakai tulisan tangan bukan ketikan, itu yang memotivasi saya untuk terus belajar,” terangnya.
Sembari terisak Firman mengatakan, sebenarnya masih banyak capaian yang ingin dipertahankan dan diraih. Antara lain pengentasan kemiskinan, penurunan angka pengangguran, memperbanyak pemugaran rumah tidak layak huni, dan jambanisasi.
“Saya atas nama keluarga mohon maaf sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya segala kesalahan Abah selama menjabat maupun sebelum menjabat bupati. Semua kejelekan almarhum mohon dimaafkan, Terima kasih kepada pemerintah dan masyarakat Tegal, semoga pengabdiannya selama lima tahun bisa mengantarkan Abah ke surga,” harapnya. (ajie mh)
editor : ricky fitriyanto