in

Tradisi Dugderan Sambut Ramadhan di Kota Semarang Tetap Digelar, Tapi Teknisnya Diubah

SEMARANG (jatengtoday.com) – Tradisi Dugderan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1441 H di Kota Semarang akan tetap dilangsungkan meskipun di tengah pandemi Covid-19. Namun, teknis pelaksanaannnya diubah.

“Tetap dilakukan tapi konsepnya sangat sederhana. Yang jelas upaya untuk mengumumkan kepada masyarakat bahwa sebentar lagi Ramadhan tetap dilaksanakan,” jelas Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Kamis (16/4/2020).

Oleh karena itu, perayaan Dugderan tahun ini dipastikan tidak melibatkan banyak orang. Termasuk tidak ada pawai yang biasanya dilakukan dengan berjalan kaki dari Masjid Kauman Semarang menuju Balaikota.

“Tidak ada arak-arakan, tidak ada masyarakat yang terlibat secara langsung,” ungkap Hendi.

Rencananya, prosesi Dugderan secara teknis akan dilakukan dengan cara Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang datang menuju Masjid Kauman Semarang. Lalu di sana diterima oleh perwakilan takmir masjid.

“Kemudian takmir itu akan menyampaikan ke masyarakat lewat toa masjid,” imbuh Hendi. “Insya Allah ini akan menjadi keputusan kami,” ujarnya.

Tradisi Sejak Tahun 1881

Dugderan sudah menjadi tradisi rutin tahunan yang digelar sebelum bulan Ramadhan. Tradisi diketahui telah berkembang sejak tahun 1881 M, sejak masa pemerintahan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung (KRMT) Purbaningrat.

Istilah Dugderan diambil dari suara bedug (Dug) Masjid Kauman Semarang yang dipukul berulang-ulang. Untuk menandai datangnya bulan Ramadhan, suara bedug tersebut biasa disertai suara mercon atau meriam (Der).

Perpaduan istilah dari suara tersebutlah yang mengawali penamaan tradisi ini. “Tahun ini, suara meriamnya tetap dibunyikan,” jelas Hendi.

Prosesi Dugderan biasanya terdiri dari tiga agenda. Diawali dengan Pasar Dugderan selama satu bulan penuh mulai siang hingga malam. Selanjutnya dilakukan prosesi ritual pengumuman Awal Bulan Ramadhan dan disusul dengan Kirab Budaya Dugderan. (*)

 

editor: ricky fitriyanto