JAKARTA (jatengtoday.com) – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengungkapkan lima strategi agar kualitas pendidikan Indonesia dapat meningkat berdasarkan penilaian “Programme for International Student Assessment” (PISA).
“Ada lima strategi besar untuk hasil PISA ini, pertama adalah mengubah standar penilaian sendiri yang kita lakukan dari Ujian Nasional (UN) menjadi ‘assesment’ kompentensi minimum yang terinspirasi PISA dan soal-soalnya pun melekat dengan PISA,” kata Nadiem di kantornya, Jumat (3/4/2020).
Nadiem menyampaikan hal tersebut melalui “video conference” setelah mengikuti rapat terbatas dengan tema “Strategi Peningkatan Peringkat Indonesia dalam Programme for International Student Assessment (PISA)” yang dipimpin langsung Presiden Jokowi.
Dalam ratas tersebut Presiden Jokowi mengatakan berdasarkan skor rata-rata PISA tahun 2018 menurun di 3 kompetensi yaitu membaca, matematika dan sains.
“Tapi karena PISA hanya untuk usia 15 tahun maka kami akan menurunkan ke setiap jenjang SD, SMP, SMA dengan mengikuti standar internasional yaitu PISA dalam pemetaan pendidikan,” tambah Nadiem.
Dengan menggunakan standar PISA, dan bukan lagi UN maka “assesment” pendidikan Indonesia akan merujuk pada standar internasional.
“Tentu yang dites bukan hanya kognitif saja tapi juga karakter dan pernyataan hal-hal lain yang berhubungan dengan norma, norma kesehatan mental, kesehatan moral dan kesehatan anak-anak di masing-masing sekolah. Kita mengubah standar penilaian global yaitu PISA,” ungkap Nadiem.
Hal kedua adalah melakukan transformasi kepemimpinan sekolah.
“Kami akan memastikan guru-guru penggerak terbaik di berbagai daerah yang menjadi kepala sekolah dan mereka diberikan fleksibilitas dan otonomi dalam penggunaan anggaran dan penggunaan teknologi untuk meminimalisasi beban administrasi sehingga mereka bisa fokus kepada mentoring guru-guru di dalam sekolah mereka,” tambah Nadiem.
Kualitas Guru
Ketiga, Kemendikbud berencana untuk meningkatkan kualitas pendidikan profesi guru (PPG) agar dapat mencetak guru yang berkualitas baik yang memiliki misi menghasilkan siswa terbaik.
“Kami akan membuka program profesi guru lokal dan internasional dan akan menciptakan alumni yang lebih baik lagi karena ada banyak guru-guru PNS yang pensiun setiap tahunnya jadi pabrik guru kita harus diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya,” tambah Nadiem.
Menurut Nadiem, pelatihan-pelatihan guru saat ini sifatnya hanya teoritis namun ke depannya pelatihan akan meliputi praktik dan pelatihan ke sekolah-sekolah yang kualitasnya lebih baik.
“Jadi bukan hanya seminar tapi juga berinteraksi antara guru dan guru,” kata Nadiem.
Keempat, mentransformasi pengajaran yang sesuai tingkat kemampuan siswa.
“Sekarang karena banyak silabus dan kebijakan mengajar sangat ketat banyak guru yang tidak bisa mengajar dengan tingkat kemampuan siswa jadi kurikulum harus lebih fleksibel dan sederhana dan orientasi kompetensi dan dibantu juga dengan platform-platfrom ‘online’ yang membantu segmentasi pembelajaran,” ungkap Nadiem.
Dalam kondisi tersebut, murid-murid tidak harus mengerjakan tugas yang sama. Murid dengan kemampuan yang berbeda dapat mengerjakan tugas yang berbeda-beda.
Kelima, transformasi atau perubahan tidak hanya di Kemendikbud.
“Kemitraan kita dengan daerah dan berbagai organisasi penggerak akan kami tingkatkan. Kami percaya partisipasi masyarakat, organisasi, perusahaan-perusahaan yang punya passion di pendidikan, efek teknologi, start up-start up di pendidikan semua dirangkul untuk menyasar pendidikan pembelajaran siswa,” ungkap Nadiem.
PISA merupakan sistem ujian yang diinisasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia.
Setiap tiga tahun yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012 dan seterusnya bagi siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak untuk mengikuti tes dari tiga kompetensi dasar yaitu membaca, matematika dan sains.
Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 2001. Pada setiap siklus, terdapat 1 domain major sebagai fokus studi.
PISA tidak hanya memberikan informasi tentang benchmark Internasional tetapi juga informasi mengenai kelemahan serta kekuatan siswa beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. (ant)
editor : tri wuryono