SEMARANG (jatengtoday.com) – Wali kota, bupati, hingga kepala desa di seluruh Jateng, diminta menyediakan fasilitas cuci tangan, lengkap dengan sabun di sejumlah titik kerumunan masyarakat. Fasilitas ini bisa menjadi alternatif pengganti hand sanitizer yang kini mulai mahal dan langka.
Masyarakat pun diimbau untuk menggunakan fasilitas terebut untuk menjaga kebersihan tangan. Dengan begitu, persebaran virus Covid-19 bisa diminimalisir.
“Saya instruksikan kepada bupati wali kota untuk menyampaikan sosialisasi ini kepada masyarakat. Hidup bersih. Kurangi kerumunan. Kami minta kades juga. Pastikan apakah itu mal, pasar, tempat ibadah, sekolah untuk menyediakan tempat cuci tangan dengan sabun,” kata Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Jumat (13/3/2020).
Dia pun meminta para kepala daerah aktif menginformasikan kepada masyarakat terkait perkembangan kasus Covid-19. Sosialisasi ini diharapkan membantu masyarakat mendapat informasi yang benar.
“Sosialisasi ini kami harap agar masyarakat mendapatkan penjelasan dengan baik,” imbuhnya.
Secara keseluruhan, Ganjar menyampaikan, hingga hari ini, Jumat (13/3/2020) sore, total ada 44 pasien suspect corona di Jateng. Dari angka itu, 37 pasien dinyatakan negatif, dan 7 pasien lain masih dirawat di enam rumah sakit. Yakni RSUD Moewardi, RS Tegal, di RS Tidar Magelang, RSUD Margono, RSUD Tugurejo, dan RSUP dr Kariadi.
Selain enam RS tersebut, saat ini Ganjar telah melakukan langkah antisipatif dengan menyiapkan total 13 rumah sakit rujukan Covid 19. Yakni RS Kraton Pekalongan, RS Kardinah Tegal, RS Paru Ario Wirawan, RS Loekmono Hadi Kudus, RS Soewondo Kendal, RSUD Banyumas, RSUP Soeraji Tirtonegoro Klaten dan RSUD Wongsonegoro Semarang.
Seperti diketahui, sebelumnya, pasien yang diisolasi di RSUD dr Moewardi Surakarta meninggal akibat Covid-19. Pasien tersebut diketahui tidak memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri tapi pernah mengikuti seminar di Bogor.
Ganjar langsung bergerak cepat dengan melakukan tracking pergerakan pasien berusia 59 tahun tersebut, mulai dari apa yang dia lakukan sejak pasien mengikuti seminar di Bogor sampai dikebumikan. (sir)
editor: ricky fitriyanto