SEMARANG (jatengtoday.com) – Alat pendeteksi diabetes ciptaan mahasiswa Program studi S-1 Teknik Biomedis Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang berencana diproduksi massal.
Sebab, alat yang diberi nama Gluconov ini mampu mendeteksi diabetes tanpa menimbulkan luka. Hasilnya juga bisa dipantau dari smartphone dengan tingkat akurasi 95 persen.
Selain itu, Gluconov juga telah dilakukan pengujian dan juga berhasil meraih medali emas di ajang Asean Innovation Science and Entrepreneur Fair 2021.
Baca juga: Penderita Hipertensi dan Diabetes Diminta Tak Keluar Rumah
Alat canggih ini diciptakan empat mahasiswa Udinus Semarang. Mereka adalah Diana Almaas Akbar Rajah, Annelicia Eunice Arabelle, Nadiya Nurul dan Tee, Kevin Tedjasukmana.
Ketua tim alat Gluconov, Diana Almaas Akbar Rajah menjelaskan bahwa alat yang ia ciptakan bersama timnya memiliki berbagai kelebihan dibandingkan alat tes diabetes lainnya.
Satu di antaranya yakni bersifat non-invasif atau tidak membutuhkan luka dalam proses pendeteksiannya. Tak hanya itu saja, Gluconov juga menjadi alat deteksi gula darah pertama yang menerapkan spektrofotometri dan memiliki akurasinya lebih dari 95 persen.
Baca juga: Ketua DPRD Jepara Idap Diabetes dan Terinfeksi Corona
“Alat yang kami ciptakan ini telah terkoneksi dengan smartphone melalui aplikasi yang dapat didownload melalui google play store. Dapat juga digunakan secara global pada negara-negara di Asia, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika,” jelasnya.
Alat yang mereka ciptakan ini rencananya akan diproduksi secara massal dengan harga yang terjangkau.
Gluconov menjadi solusi untuk menjawab keluh-kesah penderita diabetes melitus yang harus melakukan pengecekan gula darah rutin.
Baca juga: Buka PSDKU di Kediri, Udinus Gabung dengan STMIK
Dibanderol Rp 370 Ribu Garansi 3 Tahun
“Kalau harga alatnya kami banderol sekitar Rp 370.000 dengan garansi 3 tahun. Dan untuk aplikasinya cukup dengan membayar $1 saja,” paparnya.
Spektrofotometri sendiri merupakan salah satu metode kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Dijelaskan, Gluconov dibekali rangkaian sensor (spektrofotometri) yang memiliki komponen utama LED putih, Light Dependent Resistor (LDR), keping polikarbonat (CD), dan motor dengan mikrokontroler ESP32.
Baca juga: Tim eSport Udinus Juarai Kompetisi Nasional di Samarinda
Rangkaian spektrofotometri ini mereka gunakan dikarenakan telah terbukti dapat memberikan akurasi cahaya tampak (merah, kuning, hijau, ungu, biru) dan tentunya dengan perawatan yang mudah.
Dalam penerapannya metode yang gunakan adalah Ekstraksi ciri dengan menggunakan teknik Principal Component Analysis (PCA). Metode tersebut terbukti dapat menghasilkan akurasi mencapai lebih dari 95 persen.
Dalam proses penggunaannya, jari tangan pasien diletakkan pada slot alat yang telah tersedia, kemudian LDR akan bekerja mendeteksi perubahan intensitas cahaya yang dimiliki darah akibat dari paparan 5 jenis cahaya tampak.
Baca juga: Jarak Fisik Tetap Terjaga dengan Kamera Pendeteksi Suhu Tubuh Buatan Udinus Semarang
Perubahan tersebut dihasilkan dari pembiasan cahaya putih dengan keping polikarbonat. Dalam menghasilkan warna yang beragam, mereka menggunakan penggerak otomatis berupa motor kecil, di mana setiap pergerakannya dapat merubah posisi sudut keping polikarbonat sebanyak 30 derajat.
Hasil deteksi dari proses tersebut akan berupa sinyal analog, kemudian dikonversikan melalui alat bernama Analog to Digital Convertion (ADC).
Setelah proses konversi dilanjutkan mencari karakteristik dan ekstraksi menggunakan teknik PCA. Dari hasil tersebut akan menghasilkan dua indikator yakni high dan low.
Baca juga: Kader Ansor Tembalang Diberi Pelatihan Teknologi Informasi
Hasil deteksi tersebut nantinya dikirimkan ke aplikasi (smartphone) melalui modul Wi-Fi yang dimiliki oleh ESP32. (*)
editor : tri wuryono