in ,

Seniman Semarang Ini Kemas Silaturahmi di Masa Pandemi lewat Tarian

SEMARANG (jatengtoday.com) – Lebaran kali ini akan terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebab, penerapan physical distancing di masa pandemi corona, tidak memungkinkan masyarakat bersalam-salaman.

Berangkat dari fenomena ini, seniman asal Semarang, Yoyok Bambang Priyambodo mengemasnya lewat tarian. Tarian bertajuk ‘Semangat Tari Silaturahmi dalam Fitrah’ tersebut telah diunggah di Youtube. Tarian tersebut dibawakan Yoyok bersama istri dan kedua anaknya.

Pengasuh Sanggar Greget ini menuturkan, silaturahmi tidak harus bertemu secara langsung dengan keluarga. Baginya, di masa pandemi seperti ini silaturahmi dapat dijalin melalui komunikasi dan media sosial.

Karena itu, Yoyok mengajak masyarakat bersilaturahmi melalui media sosial seperti karya tari yang dipentaskan secara daring.

“Dalam karya tari ini, kami mengambil filosofi Jawa yaitu, Catur Magedang. Salah satu properti tarinya, Tanaman Pisang. Secara filosofis, pisang memiliki makna, Ngempan Papan, Kukuh Ing Ngabdi, Widji Dadi, dan Saeka Kapti,” jelasnya, Sabtu (23/5/2020).

Secara makna, lanjutnya, Saeka Kapti memiliki arti bahwa pohon pisang selalu tumbuh bersama, tidak sendirian. Itu bisa diartikan sebagai semangat gotong royong dalam keluarga.

“Sementara Widji Dadi, bermakna orang tua harus menyiapkan Generasi Penerus. Agar selalu meneruskan hidup untuk kebaikan dan bermanfaat bagi siapapun. Wujudnya berupa tunas yang muncul di sebelah pohon induk,” terangnya.

Lebih jauh, Yoyok menjelaskan mengenai filosofi Panca Warga. Menurutnya, keluarga baiknya konsisten dalam kebersamaan dalam berbagai kondisi.

“Kami simbolkan dalam gerak tari Sungkeman. Yakni sebuah isyarat saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Dan restu orang tua sebagai tongkat penuntut agar anak Tulus, Teteg, Titi, Tatag, Tutuk, Tekan, mencapai kebahagiaan dunia akhirat,” bebernya.

Dalam sajian karya tersebut, selain Yoyok, juga turut tampil Tri Narimastuti, Sangghita Anjali, Canadian Mahendra, serta Ratu Gayatri.

Semua penari mengenakan kostum lurik, sehingga semakin memperkuat nuansa budaya Jawa. Karya tersebut juga dibuat untuk memperingati Idul Fitri 1441 Hijriah. (*)

editor : tri wuryono