SEMARANG (jatengtoday.com) – Hidup Sumiyati (43), warga Desa Tlumpak, Kota Semarang, berubah drastis sejak dirinya divonis mengidap leukemia mieloid akut (leukemia AML) pada Juni 2024. Penyakit kanker darah yang membutuhkan perawatan intensif ini hampir membuatnya menyerah, hingga Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi penyelamat di tengah masa-masa sulitnya.
Gejala awal muncul saat Sumiyati sering merasakan sesak napas dan anemia berkepanjangan. Kondisi tubuhnya kian lemas hingga akhirnya memutuskan memeriksakan diri ke rumah sakit. Setelah serangkaian tes darah dan pemeriksaan sumsum tulang belakang, barulah diketahui ia mengidap leukemia AML.
Vonis tersebut membuat Sumiyati harus menjalani kemoterapi sebulan sekali, dengan proses perawatan yang memakan waktu hingga dua minggu. “Biasanya minggu pertama untuk cek HB dan pH urine, lalu minggu berikutnya kemoterapi sampai pemulihan,” ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit KRMT Wongsonegoro (RSWN) pada 8 Agustus lalu.
Meski awalnya dijadwalkan tujuh kali kemoterapi, Sumiyati hanya perlu menjalani empat kali berkat respons tubuhnya yang baik terhadap pengobatan. Kini ia melanjutkan perawatan rawat jalan dengan obat-obatan dari dokter untuk menjaga kondisi tetap stabil.
Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Beberapa waktu lalu, ia sempat drop akibat sariawan parah yang membuatnya tidak bisa makan dan minum obat. Kondisinya memburuk hingga harus dilarikan ke IGD RSWN karena kadar hemoglobinnya anjlok hingga angka empat. Beruntung, penanganan cepat dan dukungan fasilitas kesehatan membuatnya kembali pulih.
Di tengah perjuangan itu, Sumiyati mengaku tidak pernah mengalami kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan. “Alhamdulillah, tidak ada kendala sama sekali. Dokter dan perawat sangat ramah dan peduli. Rasanya tenang sekali,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Ia bersyukur terdaftar sebagai peserta JKN segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari pemerintah. Seluruh biaya kemoterapi, obat, dan perawatan ditanggung penuh oleh BPJS Kesehatan. “Kalau tidak ada JKN, saya tidak tahu bagaimana. Biaya perawatan kanker darah itu besar dan panjang. Sebagai ibu rumah tangga, saya sangat terbantu,” ujarnya.
Sumiyati berharap program JKN dapat terus ada untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. “Terima kasih BPJS Kesehatan, pemerintah, Tuhan, dokter, dan para pendonor. Tanpa mereka, mungkin saya sudah menyerah,” tuturnya sambil tersenyum. (*)
