in

Sediakan Rasa Khas Anak Muda, Jamu Bar Ajak Milenial Lestarikan Minuman Tradisional

SEMARANG (jatengtoday.com) – Jamu Bar mencoba membidik anak-anak muda dengan memproduksi jamu aneka rasa. Jamu yang selama ini dikenal pahit, dikemas menjadi lebih segar agar kaum milenial doyan meminumnya. Tentu tanpa mengesampingkan empon-empon khas agar khasiatnya tetap terasa.

Hal itu diungkapkan Founder Jamu Bar, Claudia Ong dalam acara bertema ‘Sweet Connection’ bersama Calon Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu di Ohana Cafe, Jumat (6/11/2020). Kehadiran jamu rasa milenial ini dirasa pas karena sejak awal pandemi Covid-19, tren minum jamu makin santer.

Pada kesempatan itu, Claudia mengaku memakan waktu hingga dua tahun untuk meramu jamu. Sebab, jamu miliknya perlu campuran yang tidak biasa. Seperti mangga, coconut milk, strawberry, dan lain-lain. Ada juga jamu rasa kekinian seperti green tea, kopi, passion orange, dan lain sebagainya.

“Ini inovasi jamu instan berbentuk powder. Jadi tinggal diseduh pakai air. Rasanya lebih light, tidak sepahit jamu gendong. Tapi khasiatnya tetap ada,” paparnya.

Dari jamu aneka rasa ini, dia ingin mengajak anak-anak muda terus melestarikan jamu. “Agar anak-anak muda suka dengan jamu. Karena kamu kan aset nasional kita,” bebernya.

Dikatakan, respon kaum milenial cukup menarik. Tak heran, dia punya obsesi membuat semacam kafe jamu tahun depan. “Rencana mau bikin di Bali. Tapi tidak tahun ini, rasanya kurang pas membuat hal baru saat pandemi. Doakan saja tahun depan bisa jalan,” harapnya.

Saat ini, Jamu Bar telah beredar di pasaran. Selain via online shop, Jamu Bar juga menggandeng sejumlah pihak untuk memasarkannya.

“Kami lebih ke B to B (Business to Business). Jadi saat pandemi ini, dijual di rumah sakit, kafe, hotel, dan coffee shop juga ada,” terangnya.

Sementara itu, Hevearita atau yang akrab disapa Mbak Ita, mengaku suka dengan jamu ini. “Kebetulan saya suka jamu. Melihat jamu ini, rasa anak muda banget. Saya yakin anak-anak muda jadi doyan minum jamu,” tandasnya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto