in

Ortu: Anak-Anak Hanya Korban dalam Kasus Dugaan Piagam Palsu PPDB Semarang

Ortu pengguna piagam bermasalah berbincang dengan Wali Kota Semarang. (baihaqi/jatengtoday.com)
Ortu pengguna piagam bermasalah berbincang dengan Wali Kota Semarang. (baihaqi/jatengtoday.com)

SEMARANG (jatengtoday.com) — Orang tua menyebut anak-anaknya hanya korban dalam kasus piagam yang diragukan keabsahannya pada PPDB SMA/SMK negeri di Kota Semarang.

Indah selaku perwakilan orang tua siswa mengatakan, 68 siswa pengguna piagam kejuaraan Malaysia International Virtual Band Championships 2022 tidak sepantasnya dikambinghitamkan.

“Anak-anak hanya korban tapi narasinya digiring seolah-olah pelaku (pemalsuan piagam),” ujar Indah usai dialog bersama Wali Kota Semarang, Minggu (14/7/2024).

Indah bercerita, selama ini anak-anak mengalami perundungan hingga psikologisnya terganggu. Padahal mereka sejak awal tidak tahu-menahu soal dugaan piagam palsu.

“Anak-anak stres dari pertama kali berita muncul. Mereka histeris. Dari situ mulai bullyan di media massa,” tambahnya.

Sejak Awal Tidak Tahu

Dia menegaskan jika para orang tua beserta anaknya baru mengetahui piagam yang diperoleh grup marching band Gita Bahana Smepsa (SMPN 1 Semarang) diduga palsu pada akhir masa pendaftaran PPDB.

Pasalnya, kejuaraan internasional tersebut diumumkan secara virtual dan disampaikan oleh pelatih marching band dengan keterangan memperoleh juara 1–padahal sebenarnya hanya juara 3.

Kepercayaan orang tua dikuatkan lantaran capaian ini juga diunggah pada laman resmi SMPN 1 Semarang. “Di sana tertulis jika juara 1, begitupun ketika menerima piagam juga tertulis juara 1,” jelasnya.

Usai pengumuman, tidak ada yang mempertanyakan kejuaran tersebut. “Ya sama seperti saat kami menerima ijazah dari sekolah kan juga tidak mempertanyakan,” tambahnya.

Kata Indah, pada saat kasus ini mencuat ke publik, ia langsung menghubungi pelatih grup marching band SMPN 1 Semarang.

“Kami sempat klarifikasi ke pelatih, tapi jawabannya ‘saya bingung’. Setelah itu nggak bisa dihubungi lagi,” ungkapnya.

Pelatih Diburu Polisi

Pelatih grup marching band Gita Bahana Smepsa yang berinisial S tersebut diburu Polrestabes Semarang karena ia terus mangkir dalam pengusutan dugaan pemalsuan piagam pada PPDB 2024.

Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena mengatakan, hingga Jumat (12/7/2024) telah memerilsa 12 saksi, antara lain pelapor hingga komite sekolah.

Polrestabes Semarang juga telah melakukan gelar perkara dan progres penanganannya dinaikkan dari penyelidikan menjadi penyidikan.

“Kami tingkatkan ke penyidikan. Sehingga penyidik sudah bisa melakukan upaya paksa dalam mengumpulkan alat bukti,” tegas Andika.

Dia menegaskan, berdasarkan keterangan yang dihimpun, 69 anak-anak beserta orang tuanya sejak awal tidak mengetahui bahwa piagam kejuaraan Malaysia International Virtual Band Championships bermasalah.

Wali Kota Turut Prihatin

Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu berupaya mencari jalan terbaik menyikapi polemik penggunaan piagam bermasalah yang sampai saat ini belum sepenuhnya selesai.

Mbak Ita, sapaannya, mengundang orang tua beserta siswa SMPN 1 Semarang pengguna piagam kejuaraan Malaysia International Virtual Band Championships 2022, Minggu (14/7/2024).

Dia memahami bahwa masalah PPDB SMAN/SMKN merupakan wewenang pemerintah provinsi dan sudah ada keputusan bahwa piagam tersebut diragukan keabsahannya serta tak bisa digunakan sebagai komponen penambahan nilai.

Namun, orang nomor satu di Kota Semarang ini ingin mendengar langsung cerita kronologi lengkap versi orang tua dan anaknya.

“Saya minta kronologi permasalahan, minta dokumen lengkap. Saya ingin klarifikasi lagi karena orang tua punya persepsi berbeda dengan panitia PPDB,” ucap Mbak Ita.

Setelah menampung aspirasi dari para orang tua, Mbak Ita bakal menemui Kepala Disdikbud Jateng untuk berkoordinasi mengenai nasib siswa yang tidak diterima akibat penggunaan piagam ini.

Yang jelas, Mbak Ita berkomitmen untuk mengawal agar semua anak-anak di kotanya mendapatkan hak pendidikan. “Pemkot siap mengawal agar anak bisa sekolah. Akan dicarikan solusi,” tegasnya. (*) 

editor : tri wuryono