SEMARANG (jatengtoday.com) – Ketersediaan air bersih di Kota Semarang menjadi sorotan. Aktivitas Kota Semarang sebagai Kota Metropolitan membawa berbagai dampak lingkungan yang sangat besar.
Terutama mengenai ketersediaan air bawah tanah yang kian menipis. Dampaknya, penggunaan air bawah tanah yang tidak terkendali mengakibatkan penurunan tanah 4-10 cm setiap tahun. Hal itu mengakibatkan Semarang bertahun-tahun dihantui rob dan banjir. Sedangkan pengendalian penggunaan air bawah tanah di Kota Semarang belum sepenuhnya dilakukan.
Hal itu membuat Pemkot Semarang menginisiasi kerjasama dengan Pemerintah Kerajaan Belanda untuk mencari solusi pengendalian air bawah tanah dan menangani kebutuhan air.
Sedikitnya ada lima program prioritas supervisi penanganan persoalan air di Kota Semarang. Salah satunya gagasan mengolah air hujan menjadi air bersih. Air bersih tersebut kemudian didistribusikan untuk warga.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan telah sepakat bekerjasama dengan Pemerintah Kerajaan Belanda untuk beberapa tahun ke depan. Lima program prioritas yang akan disupervisi yakni meliputi ramah air di lingkungan industri, membangun jaringan “Kampung Tangguh” di Kota Semarang, zona kawasan pesisir terintegrasi, penyerapan air di daerah atas, penataan sistem drainase kota, dan penyediaan air bersih untuk seluruh warga Kota Semarang.
“Sebuah teori mengatakan, jika ada sebanyak 2,1 miliar orang terpaksa harus memanfaatkan air yang tercemar, 25 juta orang terpaksa mengungsi akibat bencana terkait perubahan iklim. Bagaimana pemerintah sekarang ini harus berupaya dan berani mengelola air hujan, air tanah jangan sampai dialirkan ke laut,” ungkapnya dalam Seminar Internasional “Water As Leverage for Resilient Cities Asia” di Gedung Moch Ikhsan Lantai 8, Pemkot Semarang Rabu (13/3/2019).
Dikatakannya, air hujan bisa diolah sedemikian rupa, sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat. “Saya terus terang kagum dan kaget. Sebuah teori sederhana, tapi kalau bisa laksanakan ternyata bisa menyediakan air bersih untuk seluruh warga Kota Semarang. Ini juga sekaligus meminimalisasi rob-banjir,” ujarnya.
Apalagi ketersediaan air bawah tanah semakin berkurang. Sedangkan kebutuhan air terus mengalami peningkatan. “Kita punya sembilan kawasan industri dan mereka umumnya mengambil air tanah untuk penyediaan air bersih,” katanya.
Selain bekerjasama dengan Pemkot Semarang (Indonesia), Pemerintah Kerajaan Belanda juga melakukan kerjasama dengan dua negara lain dalam pengelolaan air. Kedua negara tersebut adalah Bangladesh dan India.
Terkait dengan upaya penyediaan air bersih, lanjut Hendi, Pemkot Semarang mulai menggarap Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat tidak hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan air minum. Tetapi diharapkan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi penurunan tanah di Kota Semarang.
“Kami ingin memaksimalkan fungsi PDAM Tirta Moedal Kota Semarang, tadinya hanya menyediakan air untuk mandi, nantinya agar bisa menyediakan air langsung bisa diminum dari kran oleh warga. (*)
editor : ricky fitriyanto