in

Menepis Budaya Mencari Kerja dengan Kreativitas Wirausaha

SEMARANG (jatengtoday.com) – Muhammad Fatkhur Ro’uf (21), pemuda yang tinggal di Beringin RT 1 RW 1 Kecamatan Ngaliyan Semarang mengaku sangat menyukai aktivitas wirausaha.

Ia berusaha menepis cara pandang kebiasaan kebanyakan orang setelah lulus sekolah maupun kuliah justru disibukkan menulis berlembar-lembar lamaran kerja untuk melamar pekerjaan di perusahaan hingga mendaftar Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Persaingan para pencari kerja pun sangat ketat hingga mengakibatkan peluang mendapat kerja semakin sulit. Impian untuk memulai membuka usaha sendiri sedikit terbuka setelah mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan menjadi Barista Kedai Kopi di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bangkit Kota Semarang.

“Banyak pengalaman baru mengenai bagaimana memulai wirausaha. Terutama wirausaha kedai kopi,” ungkapnya ditemui di sela pelatihan wirausaha di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bangkit Kota Semarang Jalan Pengilon II Beringin Ngaliyan Kota Semarang, Selasa (22/6/2021).

Sejumlah peserta pelatihan barista kedai kopi di Kota Semarang. (abdul mughis/jatengtoday.com)

Dia mengaku baru mengetahui seluk-beluk pengetahuan tentang bagaimana membaca peluang usaha, mencari gagasan ide, perencanaan, memulai usaha hingga manajemen bisnis. “Tujuan saya ingin membuka usaha sendiri, karena memang suka berwirausaha,” katanya.

Menurutnya, bisnis kedai kopi atau pelatihan barista ini menarik. Sebab, aktivitas “ngopi” di tengah masyarakat telah menjadi budaya yang mengasyikan. Kedai kopi tidak hanya sekadar menjadi tempat nongkrong bagi kawula muda. Namun juga telah menjadi tradisi budaya masyarakat, tempat diskusi santai yang bisa menghasilkan insiprasi apapun.

“Kerjanya juga santai, aktivitas ngopi juga telah menjadi fashion, hobi, hingga menjadi tempat berkumpul anak muda. Ngopi juga menjadi tradisi. Yang paling penting wirausaha kedai kopi ini ada nilai seninya,” ungkapnya.

Melalui pelatihan tersebut, ia telah menyiapkan perencanaan dan persiapan teknis membuka wirausaha mandiri. “Saat ini persiapan pembukaan kedai kopi. Rencananya kedai kopi didirikan di dekat tempat tinggal di daerah Beringin Ngaliyan Semarang. Tempat tinggal saya dekat banyak perumahan, permukiman, banyak pekerja hingga mahasiswa ngekos. Sehingga saya yakin peluang kedai kopi ini akan bagus,” ujarnya.

Instruktur Barista, Andy Kusworo, mengatakan pelatihan tersebut diselenggarakan olehPusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bangkit Kota Semarang bersama Direktorat Kursus Pelatihan, Direktorat Jenderal Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI 2021.

“PKBM ini mendapatkan amanah dari direktorat jenderal vokasi untuk melatih 20 orang calon barista selama 50 hari. Mereka mulai latihan semua teknis, alat-alat koki, kemudian melaksanakan kegiatan magang selama 10 hari di sebuah kafe,” katanya.

Setelah mengikuti pelatihan, lanjut dia, peserta harus bisa membuat kedai kopi. “Mereka akan kami hibahkan seperangkat alat untuk modal usaha. Walaupun kedai kopinya kecil-kecilan dulu. Paling tidak mereka sudah bisa membuka kedai kopi, misalnya di depan rumah, garasi dan seterusnya,” terang dia.

Dari 20 orang tersebut, lanjut dia, dibagi empat kelompok, masing-masing lima orang. Di akhir pelatihan, targetnya mereka praktik membuka usaha. “Peserta pelatihan ini berasal dari umum. Bukan dari PKBM. Syarat menjadi peserta adalah sudah tidak sekolah, tidak terdata di dapodik atau bukan pelajar. Usianya antara 15-20 tahun. Jadi ini dari berbagai unsur dari berbagai wilayah di Kota Semarang yang memenuhi syarat,” katanya.

Permodalan seluruhnya berasal dari Direktorat Vokasi Kemendikbud. “Kami sebagai mitra untuk mengelola dana bantuan, mulai dari operasional pelatihan, peralatan, hingga instruktur barista,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Gunawan Saptogiri mengatakan PKBM Bangkit ini menjadi salah satu PKBM di Kota Semarang. “Kiprahnya telah muncul di tingkat nasional. Sehingga pada waktu mereka mengajukan program-program PKBM termasuk pelatihan ini telah disetujui oleh kementerian. Tidak cuma itu, mereka juga mendapat bantuan bermacam-macam dari pemerintah pusat. Jadi, kalau PKBM itu maju atau bagus, pasti kalau mengajukan atau usulan program pasti banyak disetujui,” ujarnya.

BACA JUGA: Generasi Muda Didorong Kembangkan Wirausaha

Pelatihan wirausaha ini termasuk program entrepreneurship yang pesertanya bukan dari peserta didik PKBM. “Ini luar biasa, kepedulian PKBM terhadap lingkungan. Kota Semarang sendiri sangat mendukung dan mendorong setiap anak muda usia produktif untuk membuat wirausaha baru,” ungkapnya.

Sekarang ini, kata Gunawan, bukan zamannya mencari pekerjaan. “Tapi harus mampu menciptakan pekerjaan. Sehingga anak muda usia produktif harus berani berwirausaha. Tentu dengan memanfaat teknologi informasi sekarang seperti media sosial dan seterusnya,” katanya.

Seringkali orang beranggapan bahwa untuk memulai berwirausaha itu modal utamanya adalah uang. “Tidak. Lantas modal utamanya apa? Ya diri kita sendiri menjadi modal utama. Manakala kesadaran untuk entrepreneurship pasti ada jalan. Di PKBM ini sudah dilatih, nanti dikasih peralatan kerja. Paling tidak, sudah punya keinginan untuk maju. Mudah-mudahan ini nanti muncul entrepreneurship baru dan ke depan bisa lebih besar lagi,” tutur dia.  (*)

 

editor: ricky fitriyanto