SEMARANG (jatengtoday.com) – Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, membahas hambatan perdagangan yang dihadapi Indonesia dalam kunjungannya ke Tiongkok. Bersama Minister of General Administration of Custom China (GACC) Ni Yuefeng, di Kantor GACC Beijing, Tiongkok, kedua pihak bersepakat membentuk joint working group.
Lewat pendekatan tersebut, Enggar meyakini nilai ekspor Indonesia akan meningkat. “Dengan pendekatan yang kita lakukan dan persetujuan dari GACC bisa segera kita dapatkan, maka akan meningkatkan ekspor sekitar USD1 miliar, terlebih lagi kalau seafood bisa diizinkan,” kata Mendag Enggartiasto di Beijing, dalam rilis yang diterima jatengtoday.com, Minggu (21/7/2019).
Pemerintah mengharapkan agar Tiongkok memberi kemudahan atas ekspor sarang burung walet, buah-buahan tropis seperti nanas, buah naga, alpukat, durian, serta produk perikanan. Dijelaskan, salah satu kendala yang menghambat laju ekspor berbagai komoditas tersebut adalah lamanya proses verifikasi yang dilakukan oleh GACC.
Menanggapi hal tersebut, kata Enggar, Menteri Ni Yuefeng merespons dengan baik dan akan menindaklanjuti permasalahan yang disampaikan Indonesia. Diharapkan, komunikasi berjalan lebih baik, terutama pembahasan hal-hal yang bersifat teknis untuk memperlancar perdagangan kedua negara.
Tak hanya sarang burung walet, berbagai buah-buahan Indonesia juga masih mengalami kesulitan untuk memasuki pasar Tiongkok. Hingga kini, tercatat hanya lima jenis buah-buahan Indonesia yang bisa diekspor ke Tiongkok.
“Bandingkan dengan Thailand yang mencapai 20 jenis. Malaysia dan Vietnam juga jauh di atas kita. Sebagai langkah konkret, nanas dan buah naga yang sudah sekian lama verifikasinya akan segera dipercepat sehingga tidak lama lagi ekspor kedua buah itu bisa segera terealisasikan. Selain itu, jenis buah lainnya seperti mangga, durian, alpukat, rambutan juga masuk dalam daftar yang segera diproses,” katanya.
Pertemuan Mendag dan Menteri Ni Yuefeng merupakan tindak lanjut dari pembicaraan dan kesepakatan yang dilakukan antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo di Osaka, Jepang, beberapa waktu lalu.
Saat itu, Presiden Jokowi menyampaikan kepada mitranya berbagai hal, termasuk kesulitan dalam ekspor dan defisit perdagangan ke Tiongkok yang begitu besar. Presiden Xi Jinping pun berjanji akan menindaklanjuti dan memberikan prioritas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut Mendag, saat ini ekspor sarang burung walet Indonesia baru mencapai 70 ton per tahun. Jumlah itu kurang dari setengah kuota yang ditetapkan pemerintah RRT sebanyak 160 ton per tahun. Sementara, jika dibandingkan dengan kapasitas produksi yang mencapai 1.600 ton per tahun, ekspor ke negara pengonsumsi sarang burung walet terbesar di dunia itu sangatlah kecil.
Di kesempatan lain, Ketua Dewan Pertimbangan sosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan sarang burung walet Indonesia semakin baik dalam kualitas dan mutu. Namun, saat ini tinggal mempercepat masalah intern agar ekspor sarang burung walet meningkat.
Ia menyebutkan, dulu memang kualitas sarang burung walet Indonesia buruk. Namun, masalah itu kini sudah teratasi.
“Sekarang mungkin ditagih lagi juga karena kebutuhan mereka akan burung walet banyak sekali. RRT banyak impor,” imbuhnya.
Dia pun optimis pemerintah bisa mendapat USD1 miliar dalam satu tahun dengan menggejot ekspor tiga komoditas tersebut. (*)
editor : ricky fitriyanto