SIJUNJUNG – Meski sudah tak ber-KTP Jateng, Gubernur Ganjar Pranowo tidak melupakan warganya yang ada di provinsi lain. Ganjar mengunjungi 20 warganya di Nagari Padang Tarok Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, Minggu (4/11/2017).
Mereka adalah peserta transmigrasi yang ditempatkan di Nagari Padang Tarok. Desa itu terletak di areal hutan. Untuk menuju kesana, Ganjar harus menempuh perjalanan enam jam dari Kota Padang. Sebagian di antaranya melewati jalan tanah berbatu dengan tanjakan dan turunan curam.
Melihat Ganjar tiba di Balai Nagari Padang Tarok, warga Jateng yang seluruhnya berasal dari Klaten bersuka cita. Tak hanya bersalaman, sebagian langsung memeluk gubernur berambut putih itu.
“Nggak nyangka pak Ganjar kersa (mau) ke sini, padahal jauh sekali,” kata salah satu warga.
Turut mendampingi Bupati Sijunjung Yuswir Arifin dan Kepala Dinas tenaga Kerja dan Transmigrasi Jateng Wika Bintang.
Ganjar meninjau lokasi transmigrasi yang sudah dihuni warga sejak 11 bulan silam. Selain mendapat lahan garapan seluas 2 hektare, warga juga mendapat subsidi beras dan sembilan bahan pokok lain.
Total ada 112 warga transmigran di Padang Tarok. Selain 20 jiwa asal Jateng, juga ada 17 jiwa dari Kulonprogo Yogyakarta dan warga dari Kabupaten Agam yang rumahnya hancur akibat gempa bumi.
Seorang warga, Ribut Junaidi, mengatakan, lahan dua hektare ia tanami bermacam tanaman. Dari ketela, kacang, sawi hingga palawija. “Bibite mbeta saking Jawi, lha niku ingkang didahar pak gub nggih pohung hasil panen (Bibitnya bawa dari Jawa, itu yang dimakan pak gub ya ketela hasil panen),” katanya.
Dialog berlangsung meriah dan penuh canda tawa dalam bahasa Jawa. Misalnya seperti dialog berikut ini:
Ganjar: Panjenengan putrane pinten (anaknya berapa)?
Warga: Dereng gadah (belum punya)
GP: Lho sampun gadah bojo to? Ngerti carane nggawe anak ora? (Sudah punya istri to, tau caranya membuat anak tidak?)
Atau misalnya ketika warga mengeluhkan soal sinyal di lokasi yang buruk. Ganjar malah menjawab, ”Nggak ada sinyal malah bagus, hemat, nggak usah beli pulsa.”
Suasana semakin ramai ketika Bupati Sijunjung nyeletuk. Ia protes tidak mengerti pembicaraan karena dialognya menggunakan bahasa Jawa. “Nanti saya translate pak bupati,” kata Ganjar disambut tawa hadirin.
Selain soal sinyal, beberapa warga juga mengeluhkan masih terbatasnya penerangan dan jalan yang buruk.
Ganjar dan rombongan meninggalkan lokasi pukul 17.30. Ketika mau berangkat hujan turun dengan derasnya. Wali Nagari Padang Tarok menawarkan rombongan menginap karena jalanan berupa tanah sangat berbahaya. Namun ditolak karena Ganjar harus segera menuju ke Jakarta.
Benar saja, jalan tanah itu berubah jadi lumpur. Meskipun sudah menggunakan mobil SUV 4×4, namun tak urung kesusahan juga. Kekhawatiran sang wali nagari pun terjadi. Mobil Fortuner yang ditumpangi Ganjar terperosok lubang. Bannya amblas, terjebak di kubangan lumpur.
Celakanya, mobil petugas polisi dan satpol PP dari Sijunjung yang mengawal rombongan juga ikut terperosok lubang. Di tengah kebingungan, sejumlah warga setempat datang dan menolong.
Rupanya, salah satu dari mereka mengenali Ganjar. “Lho Pak Ganjar Pranowo? Kok sampai sini pak,” katanya.
Tapi tentu saja tidak banyak dialog mengingat kondisi yang darurat. “Karena kondisi hujan deras dan gelap, alat pun terbatas, butuh waktu setengah jam untuk evakuasi. Dari 9 mobil, ada 3 yang terpaksa ditinggal. Kami sampai hotel di Padang lewat tengah malam,” kata Vino Devanta, ajudan Ganjar.
Ganjar yang Senin pagi sudah berada di Jakarta mengatakan, kunjungan tersebut selain bersilaturahmi juga untuk memastikan sendiri kondisi warga transmigran. “Masih ada beberapa keluhan dan hari ini saya menandatangani perjanjian dengan Kementerian Desa untuk perbaikan infrastruktur di lokasi transmigrasi,” katanya.
Pada tahun 2018, direncanakan warga transmigrasi bertambah 160 kepala keluarga (KK). Diantaranya, 100 KK dari Jateng, 10 KK dari Yogyakarta dan 50 KK dari lokal. (ajie mh)
Editor: Ismu Puruhito