SEMARANG (jatengtoday.com) – Layanan PayLater semakin diminati di luar wilayah Jabodetabek, termasuk di Kota Semarang yang mencatat lonjakan transaksi hingga 47,82% dalam dua tahun terakhir. Kredivo, sebagai pelopor PayLater di Indonesia, menegaskan bahwa layanan ini berbeda dengan pinjaman daring ilegal (pinjol) dan mendorong masyarakat untuk memahami manfaat serta risikonya.
Data Kredivo menunjukkan, pada 2023 pengguna dari kota-kota tier 2 dan 3 menyumbang 53,6% dari total pengguna. Pertumbuhan ini sejalan dengan penyaluran pembiayaan BNPL (Buy Now Pay Later) secara nasional yang mencapai Rp8,56 triliun per Juni 2025.
Meski tren positif terlihat, miskonsepsi publik masih menjadi tantangan. Minimnya pemahaman membuat sebagian orang menyamakan PayLater dengan pinjol ilegal, sehingga tidak memahami hak dan kewajiban sebagai pengguna. Hal ini berisiko memicu keterlambatan pembayaran, penurunan skor kredit di SLIK, hingga terjerat pinjol ilegal.
“PayLater bukan pinjaman daring ilegal. Jika digunakan secara bijak, layanan ini bisa membantu cash flow, menjaga daya beli, dan membangun riwayat kredit formal,” ujar Indina Andamari, SVP Marketing & Communications Kredivo.
Kredivo mengaku ekspansi ke daerah bukan sekadar strategi bisnis, melainkan bagian dari komitmen membangun literasi keuangan digital yang merata. Melalui program seperti #AutoMikir, #AndaiAndaPandai, Generasi Djempolan, dan Kredicast, perusahaan aktif mengedukasi masyarakat tentang penggunaan PayLater yang sehat.
Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda, menilai pertumbuhan PayLater di daerah sebagai sinyal positif mengisi kesenjangan layanan keuangan formal. Namun ia mengingatkan, “Risiko gagal bayar dan pencatatan negatif di SLIK adalah dampak serius dari rendahnya literasi. Edukasi ‘pinjam dengan bijak’ wajib dilakukan agar pertumbuhan inklusif dan sehat.”
Di Semarang, rata-rata transaksi per pengguna per tahun naik 7,36 kali pada 2024, sementara proporsi pengguna yang memilih tenor 1 bulan dengan bunga 0% meningkat 38%. Perubahan ini menunjukkan PayLater semakin dipandang sebagai metode pembayaran praktis, bukan utang jangka panjang.
Untuk memperluas dampak positif, Kredivo menyediakan limit hingga Rp50 juta dengan tenor cicilan hingga 24 bulan, menggandeng merchant lokal, serta melibatkan figur publik seperti Andre Taulany untuk menjangkau lebih banyak masyarakat.
“Pasar di luar Jabodetabek punya peran sentral dalam pertumbuhan ekonomi digital inklusif. Pertumbuhan di Semarang membuktikan masyarakat semakin bijak memanfaatkan PayLater untuk kebutuhan harian secara terukur,” tutup Indina. (*)
