JAKARTA (jatengtoday.com) – L’Oréal Indonesia kembali menggelar L’Oréal-Unesco for Women in Science untuk merayakan dan mendukung kiprah para perempuan peneliti Indonesia di bidang sains.
Tahun ini, empat perempuan yang berhasil memenangkan pendanaan riset senilai Rp100.000.000. Mereka adalah Novalia Pishesha, Ph.D. (Harvard University), Nurhasni Hasan, Ph.D.,Apt (Universitas Hasanuddin), Rindia Maharani Putri, Ph.D. (Insitut Teknologi Bandung) dan Anastasia Wheni Indrianingsih,Ph.D. (Badan Riset dan Inovasi Nasional).
Inagurasi digelar secara virtual Kamis (10/11/2022), bertepatan dengan hari Pahlawan Nasional dan World Science Day for Peace and Development untuk merayakan pentingnya peranan ilmuwan dan dunia ilmu pengetahuan bagi kemajuan bangsa.
Sejak tahun 1998, L’Oréal-Unesco For Women in Science telah diselenggarakan secara internasional selama lebih dari 19 tahun untuk senantiasa mendorong lebih banyak representasi perempuan di dunia sains.
Setiap tahun, melalui program For Women in Science, L’Oréal melihat begitu banyak perempuan peneliti dengan kemampuan luar biasa yang berada di garis depan penelitian, namun tetap masih ada kesenjangan gender global yang signifikan di semua bidang ilmiah.
Pada 2021, Unesco mencatat bahwa persentase perempuan peneliti di dunia hanyalah 33,3 persen. Sementara di Indonesia, menurut Survei Angkatan Kerja Nasional 2020, hanya 3 dari 10 perempuan Indonesia yang berkarir di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika (Stem) .
“Minimnya jumlah perempuan peneliti di Indonesia salah satunya juga disebabkan oleh penurunan jumlah perempuan yang menempuh pendidikan tinggi. Data Statistik Pendidikan Tinggi 2020 Kemendikbud mencatat bahwa jumlah perempuan yang menempuh pendidikan tinggi terus menurun signifikan pada setiap jenjang. Jumlah mahasiswi Strata 1 adalah 897.731, Strata 2 60.906 dan tersisa 5.245 mahasiswi pada jenjang Strata 3. Dengan kata lain, drop rate jumlah mahasiswi dari Strata 1 ke Strata 3 adalah sekitar 99,4 persen . Oleh karena itu kita perlu memupuk minat generasi muda sedini mungkin,” kata Dr. Itje Chodidjah, M.A., Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco (KNIU), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Tidak hanya itu, perempuan yang berkarir di dunia sains pun masih menghadapi berbagai rintangan seperti gender bias, diskriminasi hingga kekerasan seksual yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun semua hal itu tidak menghentikan mereka.
Para perempuan peneliti terus membuktikan peranan penting mereka dalam berbagai bidang penelitian.
Itulah mengapa butuh banyak upaya kolaborasi yang harus dilakukan untuk stop the drop, melawan penurunan partisipasi perempuan muda dalam menekuni dan berkarir di dunia sains.
Dimulai dengan mempromosikan pendalaman pendidikan sains bagi perempuan di jenjang pendidikan dasar dan menengah, kemudian mendorong mereka untuk melanjutkan karir di bidang penelitian dengan menghadirkan jenjang karir yang inklusif, menciptakan lingkungan kerja yang bebas kekerasan, memberikan apresiasi, publikasi, pendanaan yang setara, dan memberikan ruang suara bagi perempuan peneliti sehingga mereka bisa mendapatkan pengakuan yang setara atas prestasinya.
Tentunya upaya-upaya tersebut sejalan dengan misi L’Oréal-UNESCO For Women in Science yang bertekad untuk mendorong dan membantu lebih banyak perempuan muda menekuni dan berkarir di bidang sains, mengapresiasi dan mendukung kontribusi para perempuan peneliti agar penurunan ini bisa dihentikan. Karena dunia membutuhkan sains dan sains membutuhkan perempuan.
“Sejak 2004, L’Oréal Indonesia juga telah bermitra dengan KNIU dan berbagai asosiasi serta komunitas ilmiah untuk mendukung lebih banyak lagi perempuan peneliti berprestasi agar dapat ikut serta secara setara dalam memecahkan berbagai permasalahan, khususnya yang terjadi di Indonesia. Bertepatan juga dengan Hari Pahlawan Nasional, kami berharap program ini dapat mencetak local heroes yang akan membawa nama harum Indonesia hingga level internasional. Melalui program ini, kami mengajak mereka yang percaya pada kesetaraan untuk bergabung bersama kami dalam meningkatkan kesadaran akan tantangan yang dihadapi oleh perempuan peneliti,” kata Fikri Alhabsie, Corporate Responsibility Director, L’Oréal Indonesia.
Diketuai oleh Prof. Dr. Endang Sukara, sembilan jajaran juri L’Oréal-UNESCO For Women in Science tahun ini merupakan guru besar dari berbagai universitas dan institusi ternama.
“Dewan juri telah melakukan proses penilaian yang ketat untuk menilai proposal peserta. Beberapa aspek yang penting adalah metode rumusan penelitian, kebaruan serta manfaat yang bisa dihadirkan. Tahun ini, penelitian pemenang berfokus pada bidang kesehatan, pangan dan industri,” kata Prof. Dr. Endang Sukara, Ketua Dewan Juri L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2022. (*)