SEMARANG (jatengtoday.com) – Umat Katolik Keuskupan Agung Semarang diajak mendoakan para pejuang kesehatan bagi pasien virus corona jenis baru (Covid-19) saat ibadat Jumat Agung, rangkaian Tri Hari Suci Paskah 2020.
“Kami mohon kuatkanlah dan teguhkanlah mereka yang berjuang untuk perawatan kesehatan bagi pasien (Covid-19, red.) dan bagi masyarakat,” kata Uskup Monsinyur Robertus Rubiyatmoko melalui saluran “live streaming” dari Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari, Kota Semarang, Jumat (10/4/2020).
Ia menyebut para tenaga medis, dokter, perawat, petugas kesehatan, peneliti bidang kesehatan, dan mereka yang menangani serta merawat pasien dengan tulus hati itu, membaktikan hidupnya bagi pencegahan penyebaran virus tersebut.
“Supaya mereka yang dengan hati tulus membaktikan hidupnya bagi pencegahan virus corona menerima berkat kesehatan dan kekuatan,” katanya.
Ibadat Jumat Agung secara “live streaming”, terutama bagi umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang membawahi wilayah kegembalaan di sebagian Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu, untuk mengenang penderitaan hingga kematian Yesus disalib untuk menebus dosa manusia.
Siaran ibadat yang difasilitasi Komisi Komunikasi Sosial KAS dalam rangka mendukung upaya bersama mencegah penyebaran Covid-19 itu, direlai, antara lain oleh Radio JFM Semarang, Radio Metta FM Solo, LPPL Radio Magelang FM Kota Magelang, Radio Petra Yogyakarta, dan stasiun TVRI Yogyakarta.
Pada kesempatan itu, ia juga mengajak umat mendoakan mereka yang meninggal dunia karena virus corona baru agar dipersatukan dalam kerahiman dan belas kasih Allah.
Dalam khotbah, Monsinyur Rubi mengatakan bahwa kematian Yesus di kayu salib menjadi sumber kehidupan manusia.
Oleh karena itu, katanya, sebagai hal yang pantas kalau umat beriman mengenang wafat Yesus disalib dan mengungkapkan terima kasih kepada-Nya karena telah mengorbankan diri hingga kematian untuk menebus dosa-dosa manusia.
“Belajar dari Yesus kita pun dipanggil untuk memanggul salib kehidupan masing-masing, menjalani tugas panggilan masing-masing dengan penuh kesetiaan sampai akhir, entah kita sebagai romo, bruder, frater, seminaris, maupuan anda kita sebagai orang tua, sebagai pasangan, sebagai anak. Entah kita yang bekerja, entah kita yang belajar, bagaimana kita menanggung panggilan masing-masing dengan penuh kesetiaan sampai akhir,” kata dia.
Ia menyebut sengsara dan wafat Yesus disalib merupakan peristiwa penuh rahmat dan keselamatan bagi manusia karena ditebus dosa-dosanya.
“Dosa dan kelemahan kita ditanggung-Nya. Karena penderitaan dan wafat disalib, karena bilur-bilur derita-Nya, kita semua mengalami keselamatan, mengalami penebusan,” kata dia. (ant)
editor : tri wuryono
in Gaya Hidup