SEMARANG (jatengtoday.com) – Sejumlah nelayan di pesisir Kota Semarang terpaksa libur karena tidak berani berlayar akibat cuaca ekstrem yang terjadi beberapa hari terakhir. Sekurang-kurangnya sejak seminggu lalu, mereka tidak bisa mencari ikan karena angin kencang dan gelombang ekstrem masih terjadi di laut Jawa.
Kondisi seperti itu, bagi nelayan merupakan hal wajar. Mereka memanfaatkan masa “berlibur” tersebut untuk aktivitas lain seperti memperbaiki perahu maupun menjemur ikan hasil tangkapan beberapa waktu lalu.
“Gelombang masih tinggi, angin kencang, kami libur dulu tidak berangkat melaut. Selama tidak melaut, biasanya dimanfaatkan untuk memperbaiki jaring, menambal dinding perahu yang bocor dan lain-lain,” kata salah satu nelayan Tambaklorok, Kelurahan TanjungMas, Semarang Utara, Suparno (35), Selasa (6/4/2021).

Dia mengaku tidak melaut sejak seminggu lalu, karena angin kencang dan gelombang tinggi belum mereda. “Beberapa hari ini, gelombang laut cukup tinggi yakni berkisar dua meter hingga tiga meter. Memang masih ada nelayan yang tetap melaut, khususnya yang menggunakan perahu ukuran besar. Kalau perahu kecil ya sebaiknya tidak melaut, daripada berisiko tinggi. Mending menunggu kondisi normal,” ungkap dia.
Belakangan ini, lanjut dia, memang ada peringatan bahwa gelombang tinggi di pesisir laut utara di wilayah Jawa Tengah hingga mencapai dua meter. Diperkirakan masih akan terjadi hingga tiga hari ke depan.
“Mudah-mudahan minggu ini segera kembali normal, sehingga kami bisa kembali melaut,” katanya.
BACA JUGA: Proyek Kampung Bahari Tambaklorok Mandek, Warga Was-was Ancaman Gelombang Tinggi
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini dan memprediksi cuaca ekstrem di laut Jawa masih akan terjadi pada 6-8 April 2021.
Cuaca ekstrem tersebut merupakan dampak terjadinya fenomena siklon tropis, yaitu Siklon Tropis Seroja, di Laut Suwu. Selain itu terdapat satu bibit siklon di Samudera Hindia Barat Daya Sumatera. Dampaknya meningkatkan labilitas atmosfer di beberapa daerah, termasuk menyebabkan peningkatan kecepatan angin di wilayah Jawa Tengah. (*)
editor: ricky fitriyanto