in

Ganjar Kaget saat Cek Beras di Gudang Bulog Delanggu Klaten

SEMARANG (jatengtoday.com)  – Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo kaget saat melakukan pengecekan stok beras di gudang Bulog Banaran Delanggu, Kabupaten Klaten, Senin (29/3/2021).

Kondisi gudang Bulog saat itu masih banyak stok beras yang tertata rapi. Jumlahnya ada sekitar ribuan karung beras. Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui serapan gabah petani saat musim panen tiba.

“Saya kesini untuk melihat proses serapan, karena bulan April ini kita sedang panen raya. Teman-teman di Bulog ini sudah mulai serap, tapi kalau kita bicara produksi, hari ini sangat melimpah. Maka penting memastikan gabah petani dibeli dengan harga di atas HPP atau minimal sama dengan HPP,” paparnya.

Baca juga: Ombudsman Minta Pemerintah Tunda Rencana Impor Beras

Ganjar kemudian menanyakan stok beras di gudang Bulog Klaten ini. Selain itu, ia menanyakan berapa serapan gabah petani selama musim panen ini.

Pemimpin Wilayah Bulog Jateng, Miftahul Ulum menjawab jika pihaknya hanya dapat jatah menyerap 204.000 ton gabah dari petani.

Ganjar mengatakan serapan Bulog itu masih terlalu kecil. Padalah, saat ini Jateng memasuki peak musim panen raya. Menurut laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan, sejak Januari-Mei ini Jateng sudah surplus 1,6 juta ton.

Baca juga: Fraksi PDI Perjuangan DPR Tegas Tolak Impor Beras

Ada problem yang ditemukannya dari kunjungan itu. Yakni mekanisme penyerapan Bulog yang belum mendukung.

Rendahnya penyerapan ini bisa jadi karena fungsi Bulog yang tidak optimal. Jika dulu Bulog punya program beras miskin (raskin), sekarang program itu tidak ada.

“Ini diserap terus, tidak dikeluarkan. Paling keluar rutin dari Bulog hanya bencana atau operasi pasar (OP). Jadi mohon maaf, kalau tidak ada bencana atau harga stabil dan tidak ada operasi pasar, ya ndongkrok,” tegasnya.

Baca juga: Wacana Impor Beras Hancurkan Harga Panen Petani, Politisi Gerindra: Siapa yang Tanggung Jawab?

Karena itu, dia mengusulkan kepada pemerintah pusat membuat kebijakan baru untuk membantu Bulog menyerap gabah petani.

Menurutnya, fungsi Bulog agak pincang. Di satu sisi mereka diminta nyerap gabah dari petani, tapi keluarnya tidak banyak, hanya untuk stok saja.

“Kalau sistemnya ndak dirubah, sudah pasti serapan Bulog nggak bisa bagus. Dampaknya harga petani pasti rendah karena betul-betul menggunakan mekanisme pasar dan diadu dengan pasar,” tegasnya.

Baca juga: Bulog Banyumas Optimistis Serap Gabah Petani 33.300 Ton

Butuh terobosan baru kebijakan dari pemerintah pusat terkait hal ini. Kementerian Pertanian atau Kementerian Perdagangan diharapkan membuat terobosan baru.

Miftahul Ulum mengakui, Bulog Jateng dijatah menyerap gabah petani sebanyak 204.000 ton tahun ini.

Baca juga: Jateng Tolak Impor Beras Satu Juta Ton

“Kami optimis itu tercapai, minimal di atas 75 persen dari target,” harapnya.

Dikatakan, ada sejumlah kendala dalam penyerapan gabah petani. Menurutnya, kualitas gabah petani tidak terlalu bagus.

“Kendalanya saat musim hujan kemarin. Jadi banyak gabah yang dipanen lebih awal, karena rusak. Dalam arti terkena banjir padi roboh jadi segera dipanen,” terangnya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto

Ajie MH.