JAKARTA (jatengtoday.com) – Kementerian Komunikasi dan Informatika mempertimbangkan frekuensi 26GHz sebagai kandidat alokasi untuk jaringan seluler generasi lima (5G). Pertimbangannya gelombang itu relatif kosong jika dibandingkan dengan gelombang frekuensi lain.
Kominfo sedang merancang frekuensi yang akan menjadi kandidat alokasi untuk jaringan seluler generasi lima (5G) meskipun belum menentukan kapan jaringan tersebut akan resmi digunakan.
“Jadi, kandidatnya di (frekuensi) 26GHz untuk 5G,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Ismail saat ditemui usai diskusi “Embarking 5G, A Pursuit to Digital Destiny” di Jakarta, Rabu.
Kandidat frekuensi untuk 5G itu muncul setelah konferensi internasional untuk telekomunikasi radio World Radiocommunication Conference (WRC) 2019 di Mesir, beberapa waktu lalu.
WRC 2019 yang berlangsung di Kairo, Mesir pada 28 Oktober hingga 22 November menyepakati gelombang frekuensi radio International Mobile Telecommunications (IMT) untuk jaringan 5G.
Dikutip dari laman International Telecommunication Union (ITU) News, lembaga PBB untuk teknologi informatika, WRC menetapkan rentang frekuensi tambahan yang akan digunakan untuk jaringan 5G, yaitu frekuensi 24,2 – 27,5GHz, 37 – 43,5GHz, dan 45,5 – 47GHz.
WRC juga memasukkan frekuensi 47,2 – 48,2GHz dan 66-71GHz untuk jaringan 5G.
Ismail menjelaskan apa yang disepakati dalam konferensi tersebut merupakan acuan global. Tapi, implementasi tetap disesuaikan dengan masing-masing negara.
Kominfo memertimbangkan frekuensi 26GHz sebagai kandidat frekuensi untuk implementasi jaringan 5G karena gelombang itu relatif kosong jika dibandingkan dengan gelombang frekuensi lain.
Frekuensi 28GHz, yang juga sempat dipertimbangkan untuk jaringan 5G, dialokasikan untuk satelit high troughput.
Sampai sekarang Kominfo belum menetapkan kapan frekuensi 26GHz akan diresmikan sebagai jaringan untuk jaringan 5G karena masih banyak faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk permintaan-penawaran dan penggelaran kabel serat optik.
Namun, Kominfo mengharapkan para pengembang mulai membuat aplikasi untuk jaringan 5G supaya ketika teknologi tersebut sudah berjalan, aplikasi yang digunakan merupakan buatan lokal, bukan asing. (ant)
editor : tri wuryono
in Gaya Hidup