in

Forum Indonesia Sustainable Rice 2025 Resmi Dibuka, Dorong Kolaborasi Lintas Sektor untuk Beras Berkelanjutan

SURAKARTA (jatengtoday.com) – Forum on Indonesia Sustainable Rice (FISR) 2025 resmi dibuka hari ini di Alila Hotel Surakarta. Forum ini menjadi ajang kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan sistem perberasan yang lebih berkelanjutan dan rendah emisi di Indonesia. Lebih dari 250 peserta dari berbagai latar belakang – mulai dari petani, penggiling padi, pelaku usaha, startup, akademisi, pemerintah, hingga konsumen – hadir untuk memperkuat komitmen bersama terhadap transformasi sistem pangan nasional.

Deputi III Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Pangan Nasional RI, Andriko Noto Susanto, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya forum ini. Ia menegaskan pentingnya forum ini sebagai ruang strategis, mengingat sektor pertanian padi saat ini menyumbang 43% dari total emisi sektor pertanian di Indonesia. “Beras adalah pondasi sistem ketahanan pangan nasional, namun kita juga harus memperhatikan dampak lingkungannya,” ujarnya.

FISR 2025 diselenggarakan oleh konsorsium pelaksana Proyek Low Carbon Rice yang terdiri dari Preferred by Nature, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), dan Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI), dengan dukungan Uni Eropa melalui SWITCH-Asia Grants Programme.

Thibaut Portevin, Head of Cooperation Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, menekankan pentingnya kemitraan strategis Indonesia-Uni Eropa dalam mendorong pertanian berkelanjutan. “Proyek Low Carbon Rice adalah contoh nyata kemitraan dalam menghadapi tantangan global dan mendorong arah yang lebih berkelanjutan,” katanya.

Diskusi pada hari pertama forum mencakup isu strategis mulai dari pertanian rendah emisi, kebijakan beras berkelanjutan, hingga pentingnya keterlibatan seluruh pihak dalam membangun sistem pangan yang inklusif dan tangguh terhadap perubahan iklim. Proyek ini juga menampilkan kemitraan yang dibangun sepanjang rantai pasok, mulai dari petani hingga restoran di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Ketua Umum DPP PERPADI, Sutarto Alimoeso, menyebut proyek ini berhasil menerapkan konsep rantai pasok tertutup (closed loop) yang memperkuat ketelusuran produk beras. Salah satu inovasi signifikan adalah transisi penggilingan padi dari penggunaan bahan bakar diesel ke listrik, yang terbukti menurunkan emisi karbon hingga 15% dan menghemat biaya operasional sebesar 40%.

Lead Project Manager Low Carbon Rice, Angga Maulana, menyatakan forum ini merupakan bentuk penguatan dari langkah awal yang telah diambil bersama penggilingan padi kecil di lima kabupaten proyek. “Hari ini menjadi bukti bahwa langkah kecil itu telah tumbuh menjadi semangat kolaboratif yang lebih besar,” ujarnya.

Dalam hal kebijakan, konsorsium juga aktif melakukan advokasi di tingkat nasional dan daerah. Koordinator Nasional KRKP, Said Abdullah, menjelaskan bahwa rekomendasi kebijakan telah disampaikan ke Bappenas melalui Kelompok Kerja Nasional Sustainable Rice Platform (SRP NWG), serta kepada pemerintah daerah di Boyolali, Klaten, Sragen, Ngawi, dan Madiun.

Sebelumnya, proyek ini juga memfasilitasi pertemuan antara duta besar negara-negara anggota Uni Eropa dengan Gubernur Jawa Tengah dan Wakil Gubernur Jawa Timur sebagai bentuk penguatan kemitraan dalam transisi hijau di sektor pertanian.

FISR 2025 akan berlanjut pada 30 Juli dengan agenda kunjungan lapangan ke lokasi praktik budidaya padi berkelanjutan di Boyolali dan Salatiga, yang diharapkan dapat memberikan pembelajaran langsung bagi para peserta mengenai implementasi prinsip keberlanjutan di lapangan. (*)