in

Era Dopamine: Banyak Hal Telah Bergeser ke Arah Mengerikan

Mengungkap bahaya kepuasan instan dan kecanduan digital dalam kehidupan kita. Banyak hal telah bergeser ke arah yang mengerikan.

ilustrasi era dopamine
ERA DOPAMINE. Dopamine tidak tersadari, memicu kecanduan seperti narkoba, gangguan perhatian, dan perubahan perilaku sosial. Apa saja yang telah berubah di Era Dopamine? (Image: DALL-E, prompt dari Day Milovich)

Kita sedang hidup dalam “masyarakat dopamine”. Setiap hari, kita terpapar pada berbagai aktivitas yang memberikan kesenangan instan, seperti scrolling media sosial, bermain game, atau berbelanja online.

Aktivitas ini mengubah cara kita belajar, bekerja, dan mengalami hidup. Cara ini mempengaruhi struktur dan fungsi otak kita secara mendalam.

“Dopamine” Itu Apa?

Dopamin adalah neurotransmitter utama yang terlibat dalam sistem penghargaan otak, memainkan peran penting dalam perkembangan perilaku kecanduan,” tulis Volkow, Koob, dan McLellan dalam jurnal New England Journal of Medicine.

Cara Dopamine Bekerja

Dopamin bekerja dengan cara memberikan perasaan senang atau puas ketika kita melakukan aktivitas yang dianggap menyenangkan atau bermanfaat. Namun, ketika paparan terhadap aktivitas-aktivitas ini menjadi berlebihan, sistem dopamin dapat mengalami gangguan yang disebut dengan “disregulasi dopamin.”

Disregulasi dopamin adalah mekanisme sentral dalam penguatan perilaku kecanduan, yang dapat secara signifikan mengubah struktur dan fungsi otak, menyebabkan gangguan pada perhatian, fokus, dan ingatan jangka panjang.

Dopamine bukan hanya terjadi pada zat seperti narkoba. Dopamine juga dipacu oleh aktivitas sehari-hari yang tampaknya tidak berbahaya. Paparan kronis terhadap aktivitas yang memicu pelepasan dopamin dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam otak kita, membuat kita semakin sulit untuk fokus, memperhatikan, dan mengingat informasi jangka panjang.

Dampak Dopamine dalam Kehidupan

Ada 4 dampak dopamine yang sudah terjadi namun sering belum disadari masyarakat:

  1. Penurunan konsentrasi, sulit fokus, dan lemah di ingatan jangka panjang.
  2. Kecemasan dan depresi. Orang mudah cemas setelah mengakses informasi dan hilangnya ketertarikan terhadap banyak hal. Studi menunjukkan, penggunaan media sosial yang tinggi berkorelasi dengan peningkatan tingkat kecemasan dan depresi.
  3. Kecanduan teknologi. Sangat bergantung pada gajet dan aplikasi, menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar.
  4. Perubahan sosial dan budaya. Mengejar popularitas, membuktikan diri sebagai yang tercepat, serta mencari validasi eksternal (mencari pengakuan) daripada menjalin hubungan yang sebenarnya.

Era dopamine menggambarkan periode di mana masyarakat secara luas dipengaruhi oleh mekanisme reward cepat yang ditawarkan oleh teknologi modern, yang mudah dan menghibur, yang menyediakan apa saja.

Perubahan di Masyarakat Dopamine

Kita hidup di era di mana kecepatan dan kepuasan instan menguasai segalanya. Dunia tidak lagi sama seperti dulu. Alih-alih tenggelam dalam pengalaman, kita sekarang terperangkap dalam siklus tanpa akhir dari notifikasi, scrolling, dan Likes.

Tanpa kita sadari, perubahan ini telah mengubah cara kita berinteraksi, belajar, bekerja, dan bahkan mencintai orang lain.

Mari melihat dunia yang telah berubah ini.

Atletik: Dari Lapangan ke Layar

Berolahraga langsung > Menonton olahraga > Sport gambling (taruhan olahraga).

Di masa lalu, atletik adalah tentang berpartisipasi langsung dalam kegiatan fisik dan olahraga. Orang-orang akan mengikat sepatu mereka, menuju lapangan atau stadion, dan merasakan kegembiraan berlari, melompat, dan bersaing dengan yang lain. Ada kebersamaan dalam setiap keringat yang menetes dan setiap sorakan dari penonton. Kemudian orang bergeser menikmati olahraga dari jarak jauh, melalui layar TV atau streaming online. Kita menonton pertandingan dengan penuh antusiasme, meski dari kenyamanan sofa.

Itu kurang memuaskan. Olah raga sudah menjadi medan taruhan paling mudah didapatkan. Orang mendapatkan banjir link dan tawaran yang menjanjikan “kepuasan” dengan sport gambling. Kita merasa tidak ikut berjudi, hanya menjadi penonton, namun sebenarnya ikut membesarkan bandar judi dengan mengikuti streaming dan pertandingan itu.

Mengapa? Orang lebih memilih atletik di era dopamine karena memberikan kepuasan instan tanpa usaha fisik yang signifikan. Taruhan olahraga dan highlight cepat di media sosial menawarkan sensasi tanpa komitmen waktu dan tenaga.

Jurnalisme: dari Tinta ke Klik

Membaca koran > Situs web berita > Notifikasi berita.

Jurnalisme juga telah mengalami transformasi serupa. Dahulu, membaca surat kabar cetak dan majalah adalah ritual pagi yang sakral. Merasakan kertas di tangan dan mencium aroma tinta cetak memberikan sensasi tersendiri. Sekarang, berita datang kepada kita melalui situs web dan aplikasi berita, selalu siap di ujung jari kita.

Jurnalisme di era dopamine, ini adalah zaman ketika media dengan modal besar memenangkan notifikasi terus-menerus dan artikel clickbait memenuhi layar kita, menawarkan informasi cepat yang seringkali dangkal, namun memikat perhatian kita dengan tajam.
Menurut sebuah studi tentang aktivitas membaca berita, dari Pew Research Center, sekitar 55% orang dewasa di Amerika Serikat mendapat berita dari media sosial setidaknya sekali sehari.

Notifikasi berita memberikan dosis kecil dopamine yang membuat kita merasa selalu terhubung dan up-to-date tanpa harus menunggu atau mencari informasi secara aktif. Kita puas dengan merasa lebih mengerti di urutan pertama.

Video: Dari Bioskop ke Ponsel

Menonton di bioskop > Streaming > Video pendek.

Menonton video pun telah berubah. Dari menonton film dan acara TV di bioskop atau TV, kita beralih ke streaming di platform seperti Netflix dan YouTube. Era dopamine membawa kita ke video pendek dan cepat seperti TikTok dan Instagram Reels, di mana setiap detik dihitung untuk memberikan ledakan kecil dari kegembiraan dan hiburan.

Kalau kita melihat orang memotong film menjadi video singkat di Snack video, atau film versi pendek dengan narator yang menceritakan film itu, maka seperti itulah era dopamine.

Orang sudah puas dengan film yang tidak asli. Kecanduan pada potongan. Video pendek menawarkan hiburan cepat dan mudah dikonsumsi, memberikan kepuasan instan tanpa komitmen waktu yang panjang. Mereka merasa dapat mengakses video film gratisan, padahal mereka justru menjadi konsumen di level paling bawah. Di atas mereka adalah pengiklan (subtitle film bajakan rajin mengiklankan web judi), akun pencari follower, dipaksa tidka keluar dari video pendek.

Data dari Statista menunjukkan bahwa rata-rata pengguna TikTok menghabiskan sekitar 52 menit per hari di aplikasi tersebut.

Musik: Dari Vinyl ke Streaming

Mendengarkan vinyl > Streaming lagu > Cuplikan lagu.

Musik adalah contoh lain yang menarik. Mendengarkan musik berarti menghadiri pertunjukan live atau memainkan rekaman fisik seperti vinyl atau kaset. Sekarang, kita memiliki akses ke jutaan lagu melalui layanan streaming seperti Spotify dan Apple Music.

Dan di era dopamine ini, kita sering mendengarkan cuplikan lagu di media sosial, dengan playlist otomatis yang menyesuaikan preferensi kita, memberikan pengalaman musik yang cepat dan dinamis. Musik menjadi backsound, suara latar, naik turun di tren.

Menurut IFPI, 89% dari total waktu mendengarkan musik di dunia sekarang dilakukan melalui layanan streaming.

Cuplikan lagu dan playlist otomatis memberikan pengalaman musik yang disesuaikan dengan selera kita tanpa perlu usaha untuk mencari lagu baru. Apa yang kita dengar sudah “disesuaikan” oleh algoritma. Selera kita memiliki pintu masuk berupa algoritma.

Fotografi: dari Album ke Feed

Mengoleksi foto fisik > Menyimpan digital > Like, Comment, Share di Upload Foto.

Gambar dan foto juga tak luput dari perubahan. Dulu sekali, orang mengkoleksi foto fisik. Sekarang masih ada, setidaknya album pernikahan. Setelah era foto digital datang, bergeser ke era media sosial dengan penyimpanan tanpa batas.

Di era dopamine, metode berbagi foto memiliki ukuran kepuasan yang bikin orang kecanduan: Like, Comment, dan Share.

Instagram, misalnya, memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan yang mengunggah lebih dari 100 juta foto setiap hari.

Likes dan komentar instan memberikan pengakuan langsung dan rasa kepuasan yang mendorong kita untuk terus berbagi momen.

Komunikasi: Dari Surat ke Pesan Instan

Bertukar surat > Telepon dan email > Pesan instan.

Komunikasi pun telah berevolusi. Dulu sekali, kirim dan terima surat, kemudian ada telepon dan email di cara komunikasi modern. Sekarang, siapapun (tergantung preferensi) dapat menerima atau mengirim pesan.

Kita menemukan kejutan sekaligus kedangkalan. Kita kecanduan membuat atau melihat status orang lain, mengikuti perbincangan, bahkan tertantang untuk membuka notifikasi tanpa henti.

Sebuah survei dari Ofcom menunjukkan bahwa rata-rata orang di Inggris menghabiskan 24 jam seminggu online, dengan sebagian besar waktu itu dihabiskan di media sosial. Jumlah ini tidak ada apa-apanya dibandingkan di Indonesia.

Pesan instan memungkinkan komunikasi cepat dan respons langsung, memberikan kepuasan interaksi sosial tanpa menunggu.

Hubungan: dari Pertemuan ke Swipe

Bertemu langsung > Situs kencan > Aplikasi swipe.

Semula, orang berpacaran atau menikah, dengan skema budaya tradisional. Orang sakit hati, menjalin rumah tangga, dalam keadaan menghadapi masalah dan hubungan langsung dengan manusia lain. Sampai muncul media sosial dan aplikasi kencan. Orang melihat (meneliti) profile seseorang, terlibat dalam aplikasi kencan semacam Tinder, Bumble, dan We Chat.

Di Era Dopamine, itu tidak seberapa. Orang mendapatkan kepuasan dengan mengenal semakin banyak orang. Mereka tidak “menemukan cinta” tetapi tenggelam dalam “kepuasan dalam mencari” teman kencan.

Menurut sebuah studi dari Statista, pada tahun 2021, lebih dari 30% orang dewasa di AS telah menggunakan situs atau aplikasi kencan online.

Aplikasi Swipe memberikan cara cepat dan efisien untuk menemukan pasangan potensial, dengan umpan balik instan yang membuat proses kencan lebih dinamis.

Orang kencan karena mengenal “profile referensial” (biodata dan feed di medsos), bukan mengenal kepribadian mereka yang sebenarnya. Orang kencan karena saran algoritma (lokasi, kecocokan hubungan) dan menjadi “data set” aplikasi.

Pendidikan: Dari Kelas ke Kursus Online

Belajar di kelas > Kursus online > Aplikasi gamifikasi.

Pendidikan juga berubah. Belajar dari teks dan kelas tatap-muka, beralih ke kursus online.

Sampai kemudian measuki era dopamine, di mana orang belajar dengan metode gamifikasi. Semacam permainan. Video pembelajaran singkat.

Data dari Coursera menunjukkan bahwa pendaftaran kursus online meningkat lebih dari 640% selama pandemi COVID-19.

Aplikasi belajar dengan gamifikasi memberikan penghargaan langsung dan membuat proses belajar lebih menyenangkan dan adiktif.

Perjalanan: Dari Agen ke Aplikasi

Bantuan agen > Situs web perjalanan > Aplikasi review.

Perjalanan yang dulu direncanakan dengan bantuan agen perjalanan atau peta fisik. Kita pergi tanpa informasi yang memadai. Kita pergi karena suka melewati jalan menuju tujuan. Kita pergi karena cerita tetangga atau saudara. Sekarang kita lebih sering pergi, berbekal informasi dari situs web dan aplikasi. Kita pergi karena “location scouting“, sudah punya informasi tentang tempat tujuan.

Di Era Dopamine, cara ini sudah bergeser, dari aplikasi ke review. Aplikasi traveling bukan lagi “media”. Kita kecanduan review, kita ingin bintang 5, kita mau ke sana karena keputusan untuk traveling yang disarankan sebagai “yang terbaik” berdasarkan bintang, ulasan, dan foto-foto bagus. Kita pergi karena kecanduan.

Airbnb melaporkan bahwa pada tahun 2021, lebih dari 200 juta pemesanan dilakukan melalui platform mereka.

Aplikasi review memberikan informasi dan rekomendasi instan, membuat perencanaan perjalanan lebih mudah dan efisien. Kita kecanduan bintang dan membenarkan betapa cerdas kita dalam memilih perjalanan.

Makanan: Dari Dapur ke Pengantaran

Memasak di rumah > Layanan pengantaran > Video mukbang.

Makanan, yang menjadi alasan penjajahan di masa kolonial, yang membuktikan “kemanusiaan” dan “kebangsaan” kita, dulu berasal dari dapur. Kita memasak sebagai metode bertahan hidup. Masakan kita bukan sekadar mengenyangkan. Di balik masakan, ada budaya, sejarah, dan cerita. Sampai kemudian datang aplikasi food delivery. Kita menelepon toko roti untuk acara hajatan, kita menghubungi ojek makanan dan pesanan diantar sampai di tempat.

Era Dopamine lebih mengerikan. Yang bergeser kemudian adalah kecanduan untuk membeli-dengan-mudah, mencoba apa saja yang jauh dan dibilang “enak dan murah” (atau justru karena sangat mahal). Kita kecanduan klik dan review. Kita suka karena video mukbang dan feed makanan di beranda aplikasi. Itulah yang membuat kita memasuki era dopamine untuk urusan makan.

Menurut Business of Apps, pasar aplikasi pengantaran makanan seperti Uber Eats dan DoorDash mencapai lebih dari 60 juta pengguna aktif di AS pada tahun 2021.

Layanan pengantaran makanan memberikan kemudahan dan kepuasan instan tanpa harus memasak. Kita kecanduan kemudahan, bukan kecanduan makanan.

Bahasa: Dari Kelas ke Aplikasi

Kelas bahasa > Perangkat lunak > Aplikasi gamifikasi.

Sangat banyak siswa di zaman dahulu yang tidak menyukai pelajaran bahasa karena guru atau kurikulum bahasa sangat tradisional. Metode text book, tatap-muka dengan guru yang seram. Kemudian banyak aplikasi atau situs web yang menawarkan kemudahan belajar berbahasa. Era dopamine, lebih dari itu.

Era dopamine memperlakukan bahasa sebagai gamifikasi, proses yang mirip game. Aplikasi belajar bahasa dengan fitur gamifikasi seperti Duolingo memberikan penghargaan instan, membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan adiktif.

Duolingo pada tahun 2021 memiliki lebih dari 500 juta pengguna terdaftar di seluruh dunia.

Aplikasi gamifikasi memberikan penghargaan langsung dan membuat pembelajaran bahasa lebih menarik dan menyenangkan. Inilah yang bikin kecanduan. Merasa sangat mudah (interaktif, tidak ada guru yang marah), naik level, dan mengetahui sudah menguasai materi, dan ucapan selamat dari aplikasi, inilah yang menjadi dopamine.

Belanja: dari Pasar ke E-Commerce

Belanja di pasar > Situs web e-commerce > Pengiriman cepat.

Pasar tradisional masih berjaya, kemungkinan tidak akan tergeser pasar modern. Hanya cara kita berbelanja yang sudah berubah. Kita berbelanja di pasar tradisional, toko dengan bangunan fisik, sampai kemudian datang masa online shop.

Era ini belum berhenti. Pergeseran terjadi ketika aplikasi online shop sangat memicu dopamine, ketika otak merasa senang dan puas ketika berhasil mengikuti flash sale, klik voucher gratis ongkir, diskon sebagai follower, dan layanan pengiriman cepat. Kita sering baca “packing bagus” dan “seller ramah, pengiriman cepat” di review produk.

Kita ingin ikut puas dan senang, bukan sekadar membeli sesuatu yang secara fungsional kita butuhkan.

Menurut eMarketer, penjualan e-commerce global diperkirakan mencapai $4.9 triliun pada tahun 2021.

Pengiriman cepat dan promo instan memberikan kepuasan langsung dalam berbelanja. Unboxing, bagikan di Status, dan memperlihatkan kepuasan. Kita kecanduan kepuasan seperti ini, bukan kecanduan berbelanja.

Kesehatan: dari Berolahraga ke Pelacak Kebugaran

Berolahraga > Video latihan online > Pelacak kebugaran.

Pada bidang lain, kesehatan dan kebugaran, kita mengalami pergeseran. Dulu orang menjalani rutinitas di gym atau fitnes, berolahraga sungguhan. Kemudian bergeser ke aplikasi yang berperan sebagai pelatih.

Berikutnya, berolahraga dan mendapatkan point, menciptakan kecanduan. Kita berolahraga seperti bermain game. Mentarget berat badan, membentuk six pack, menjalani treatment, excercise, mirip game.

Data dari Sensor Tower menunjukkan bahwa unduhan aplikasi kebugaran meningkat lebih dari 46% pada tahun 2020.

Pelacak kebugaran dengan feedback instan membuat latihan lebih interaktif dan memotivasi. Akhirnya, kita tidak kecanduan olahraga. Kita kecanduan menerima apresiasi dari aplikasi. Kita mau menghubungkan gadget ke tubuh dan memantau apa yang terjadi pada tubuh dan aktivitas kita, demi review dan prestasi hari ini.

Menyadari Era Dopamine

Apakah Anda tahu bahwa rata-rata orang menghabiskan lebih dari 2 jam sehari hanya untuk menelusuri media sosial? Atau bahwa 70% dari konten yang kita konsumsi online adalah video pendek? Data ini mengejutkan, tetapi benar adanya.

Kita memasuki dunia di mana kepuasan instan menjadi norma. Setiap like, share, dan notifikasi memberikan kita dosis kecil dopamine, membuat kita merasa baik untuk sesaat, tetapi juga membuat kita terus mencari lebih banyak.

Kita mungkin menikmati kenyamanan dan kecepatan era digital ini, tetapi kita juga harus berhati-hati dan sadar akan dampaknya. Dunia telah berubah, dan sekarang, lebih dari sebelumnya, kita perlu menemukan keseimbangan antara kepuasan instan dan pengalaman mendalam yang membentuk hidup kita. [dm]

Day Milovich

Webmaster, artworker, penulis, konsultan media, tinggal di Rembang dan Semarang.