SEMARANG (jatengtoday.com) – Dompet Dhuafa menggandeng DD Voulenteer dan Pesantren Lansia Raden Rahmat mendorong kaum lansia lebih berdaya.
Pemberdayaan lansia dilakukan dengan menggelar pelatihan hidroponik yang dikemas dalam Jaringan Nasional Volunteer Lansia Indonesia di Semarang, Selasa (29/3/2022).
Dengan pelatihan ini, diharapkan para lansia dapat memulai usaha dengan mudah.
Direktur Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa, Bambang Suherman mengatakan, jelang Ramadan tahun ini akan menjadi kunci dalam meningkatkan peran lansia untuk berkolaboraksi bersama menciptakan pemberdayaan melalui kerelawanan.
Dompet Dhuafa mengajak para lansia untuk bergabung melalui wadah Jaringan Nasional Volunteer Lansia Indonesia.
Menurutnya, acara yang digagas bersama Dompet Dhuafa, DD Volunteer, Dinas Sosial Jateng serta Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat berusaha tidak hanya memberdayakan lansia sebagai objek penerima manfaat, tetapi juga mendorong mereka untuk tetap berdaya dan bermanfaat bagi orang lain maupun sesama.
“Kami meluncurkan jaringan nasional volunteer Lansia Indonesia, menggabungkan seluruh peggiat dengan tema lansia. Sehingga berada dalam satu jaringan bersama agar saling berbagai pengetahuan. Hal ini diwadahi dengan membuka kesempatan bagi para manula untuk menjadi relawan dan turut aktif dalam gerakan kebaikan di sekitar kita,” paparnya.
Ia menyebut populasi lansia di Indonesia sangat besar. Apalagi ditambah dengan pra lansia maka nilainya hampir 50 persen populasi milenial. Namun isu lansia lebih sedikit daripada isu milenial.
“Isu lansia kita ekspansi gagasannya, tidak sekedar orang tuanya lemah tidak berdaya. Namun isu lansianya lebih bagaimana menciptakan kebahagiaan dan memberdayakan. Tentu konsepnya tidak sama dengan usia milenial. Sehingga dalam prespektif tersebut kita gandeng pesantren lansia Raden Rahmat yang dikenal sampai luar negeri atau pesantren lansia lain yang dengan satu jaringan bisa saling berbagi informasi dibantu peran pemerintah,” jelasnya.
Direktur Pondok Pesantren Lansia Raden Rahmat, Ustadz Solikhin menegaskan tempat yang dia kelola bukanlah panti jompo bagi lansia. Karena dalam hal pengelolaan ada tiga tagline yang digelorakan, yakni olah rogo, olah roso dan olah jiwo
“Olah rogo bagaimana raga dijaga supaya tidak menurun tetap sehat, olah jiwo yakni dimasa tuanya mendapatkan ketenangan dengan mengajak lansia mendekatkan diri pada sang Pencipta. Selanjutnya olah roso, walaupun lansia kita menganut preventif produktif. Sehingga lansia tidak menjadi beban. Caranya dengan mengajari mereka lebih produktif seperti membuat jahe instan, gula jahe, dan krupuk. Kita namakan ini Tiga Ranah, sama dengan Pondok Pesantren lain tapi ini lansia,” jelas Ustaz Solikhin.
Sementara Pekerja Sosial Ahli Muda Rehabilitasi Sosial Anak dan Lansia Dinsos Jateng, Heksa Sari Ratna Dewi mengapresiasi upaya Dompet Dhuafa bersama pesantren lansia, yang diharapkan bermuara pada kesejahteraan bagi lansia.
“Dengan networking ini kita akan sangat terbantu. Tidak hanya pemerintah saja, melainkan banyak pihak memiliki pandangan yang sama untuk lebih memuliakan dan memebrdayakan para lansia. Apalagi dengan updating data yang dimiliki akan sangat membantu pemerintah lebih fokus pada pemberian bantuan kepada lansia itu sendiri,” kata Heksa.
Saat ini jumlah lansia di Jawa Tengah, lanjut Hexa, dari data Dinsos Jateng 2021, ada sekitar 91 ribu orang tersebar di Jateng. Jumlah ini tertinggi se Indonesia.
Pada peluncuran Jaringan Nasional Volunteer Lansia Indonesia, para Lansia dibekali pelatihan hidroponik sebagai upaya pemberdayaan lansia dan peluang bisnis lain bersama Dinas Pertanian. (*)