in

Dataran Tinggi Dieng Kembali Membeku, BMKG Ungkap Fenomena Embun Upas

Fenemone embun upas yang mirip salju di Dataran Tinggi Dieng biasa terjadi.

Fenomena embun upas di objek wisata Dieng, Banjarnegara (antara/pemkab banjarnegara)

SEMARANG (jatengtoday.com) — Kawasan Dataran Tinggi Dieng Banjarnegara kembali mengalami fenomena unik bernama embun upas. Tanaman dan benda-benda lain yang berada di luar ruangan membeku diselimuti es.

Kejadian yang tak biasa ini sempat diabadikan oleh pengguna media sosial Twitter. “Pagi ini, Dieng membeku lagi kak,” tulis akun @FestivalDiengID disertai foto-foto embun upas, Selasa (26/7/2022).

Baca Juga: BMKG Ungkap Fenomena Salju Turun di Dieng saat Musim Hujan

Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, embun upas atau embun es di Dieng memang biasa terjadi pada kondisi tertentu. 

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang Sutikno menerangkan, tahun 2022 ini embun upas di Dieng terjadi lebih dini dari biasanya yakni pada 4 Januari 2022.

Kata dia, itu merupakan suatu anomali dari suatu kejadian embun upas yang disebabkan kondisi meteorologis saat itu memenuhi syarat terjadinya embun upas.

Kemudian kejadian embun upas kedua di tahun 2022 terjadi pada tanggal 30 Juni 2022. Dan pada 25 Juli 2022 juga terjadi.

Sutikno menjelaskan, fenomena suhu dingin malam hari dan embun beku di lereng Pegunungan Dieng lebih disebabkan kondisi meteorologis dan musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung.

Pada saat puncak kemarau, memang umumnya suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering. Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada musim hujan.

Pada kondisi puncak kemarau saat ini di Jawa, beberapa tempat yang berada pada ketinggian, terutama di daerah pegunungan, diindikasikan berpeluang mengalami kondisi udara permukaan kurang dari titik beku 0 derajat Celsius.

Baca Juga: Salju di Dieng Saat Kemarau Disebut Embun Upas, Ini Penjelasan Lengkap BMKG

Itu, katanya, disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang daripada dataran rendah, sehingga sangat cepat mengalami pendinginan, terlebih pada saat cuaca cerah tidak tertutup awan atau hujan.

Uap air di udara akan mengalami kondensasi pada malam hari dan kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan, atau rumput.

“Air embun yang menempel di pucuk daun atau rumput akan segera membeku yang disebabkan karena suhu udara yang sangat dingin, ketika mencapai minus atau nol derajat, sehingga terjadilah embun upas,” ungkap Sutikno. (*)

editor : tri wuryono

Baihaqi Annizar