in

Allianz Indonesia Pertahankan Kinerja Dana Investasi Positif di 2021

Tingkat inflasi di Indonesia juga diperkirakan naik seiring dengan ekspektasi membaiknya pertumbuhan ekonomi.

Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia (kanan atas), pada Media Briefing #YukPahami Dana Investasi dalam Asuransi Jiwa. (foto: istimewa)

JAKARTA (jatengtoday.com) – Allianz Life Indonesia berkomitmen memberikan perlindungan asuransi melalui solusi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.

Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia, Ni Made Daryanti mengatakan, sebagai perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan yang menyediakan produk asuransi jiwa unit link, Allianz juga menerapkan pendekatan fundamental dengan penelitian sebagai dasar untuk semua keputusan investasi.

“Strategi dan kinerja investasi dilakukan secara transparan serta mengutamakan pengelolaan risiko. Secara rutin, Allianz juga melakukan komunikasi mengenai dana kelolaan kepada nasabah dan memberikan informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh publik,” kata Ni Made Daryanti melalui keterangan tertulis, Kamis (17/3/2022).

Dia mengatakan, pada 2021, naik-turunnya angka penyebaran kasus Covid-19 masih terjadi di seluruh dunia. Di tengah penyebaran kasus varian Delta, perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif 5,02%% pada kuartal-iv 2021.

Hal ini menunjukkan momentum pemulihan di Indonesia tetap terjaga dan merupakan hal yang positif, dengan didukung oleh perbaikan konsumsi masyarakat dan investasi.

Momentum pelaksanaan vaksinasi ini mengurangi satu dari dua problem pokok yang ditimbulkan pandemi Covid-19, yaitu kesehatan dan ekonomi.

Seiring dengan pemulihan ekonomi, terlihat preferensi investor telah kembali kepada aset-aset yang lebih berisiko. Sedangkan untuk pasar obligasi pada 2021 indeks obligasi juga mencatatkan penutupan positif 5.91% sepanjang tahun 2021.

Dengan mulainya pemulihan yang terjadi di 2021, turut mendorong pasar modal baik global maupun Indonesia.

Seiring dengan pemulihan ekonomi, terlihat preferensi investor telah kembali kepada aset-aset yang lebih berisiko. Sementara pada pasar obligasi yang mengalami cukup banyak volatilitas pada 2021, indeks obligasi masih mencatatkan penutupan positif 5.91% secara year-to-date.

“Dengan memonitoring kondisi pasar, memperhatikan setiap aspek yang dapat mempengaruhi performa asset yang menjadi underlying fund-fund Allianz dan mengacu kepada mandat strategi masing-masing fund, Allianz Indonesia dapat mengoptimalkan kinerja dana investasi yang dikelola sepanjang tahun 2021,” kata Ni Made Daryanti.

Berdasarkan Laporan Keuangan Q4 2021, lanjutnya, Allianz Life Indonesia mencatatkan Asset Under Management (AUM) sebesar Rp 44,2 triliun, yang bertumbuh sebesar 3,52% secara year-on-year. AUM ini termasuk dana kelolaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Allianz.

“Allianz Indonesia senantiasa menjaga kepercayaan nasabah untuk mengelola aset di 88 jenis fund, dan dana yang dikelola terdiri dari investasi produk unit link sebesar 58%, asuransi jiwa dan kesehatan sebesar 22% dan DPLK sebesar 20%,” ujarnya.

Penghargaan

Allianz Life Indonesia juga meraih sepuluh penghargaan Unit Link Terbaik 2022 dari Majalah Investor dan Infovesta, untuk Smartwealth Equity IndoGlobal Fund kategori saham periode 5 dan 7 tahun, SmartWealth Equity IndoAsia Fund kategori saham periode 10 tahun.

Selain itu, SmartLink Rupiah Equity Fund kategori saham periode 10 tahun, AlliSya Rupiah Equity Fund kategori saham syariah periode 7 dan 10 tahun, Smartwealth Dollar Multi Asset Fund kategori campuran USD periode tahun 3.

Kemudian, Smartlink Dollar Managed Fund kategori campuran USD periode 5 dan 7 tahun, dan Allisya Rupiah Fixed Income Fund kategori pendapatan tetap Syariah periode 3 tahun. Penghargaan ini diberikan untuk kinerja yang baik dengan hasil imbal balik optimal dan karakteristik risiko yang stabil.

Meski pemulihan ekonomi global terus berlanjut, volatilitas dan ketidakpastian masih cukup tinggi. Berbagai risiko seperti penyebaran virus Covid-19 varian Omicron, percepatan pengurangan stimulus di Amerika, meningkatnya tekanan inflasi global dalam jangka pendek, tren kenaikan tingkat suku bunga, tekanan geopolitik serta perlambatan ekonomi Tiongkok masih perlu terus diperhatikan di tahun 2022.

Strategi Investasi

Ni Made Daryanti menambahkan, pada 2022, Portofolio Manager terus memantau kondisi pasar dan menyesuaikan strategi investasi dengan kondisi pasar.

“Untuk strategi investasi di saham, posisi kami Neutral – slightly overweight dengan pertimbangan, risiko geopolitik terhadap konflik Rusia dan Ukraina menyebabkan indeks bergerak cenderung fluktuatif. Kami tetap pada pandangan positif terhadap prospek pasar saham Indonesia di tahun ini. Secara progresif, kami telah meningkatkan eksposur pada sektor komoditas dan siklikal seiring dengan ekspektasi pemulihan ekonomi,” ucapnya.

Adapun pada 2022, tren di masa mendatang untuk Indonesia akan berfokus kepada 2 sektor: “Green Economy” dan “Digital Economy”, ditandai dengan adanya prospek aliran dana asing terhadap proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/ EV Battery), yang akan menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai terbesar di dunia dan memegang peran penting di rantai produksi EV.

“Kami melihat ekspektasi pemulihan ekonomi yang lebih baik setelah peningkatan aktivitas pada industri manufaktur, distribusi vaksinasi yang lebih tinggi dan juga potensi IPO perusahaan teknologi Indonesia yang akan datang di tahun 2022,” Ni Made Daryanti menambahkan.

Secara umum, preferensi Allianz Indonesia melihat pada ekspektasi laba bersih dari perusahaan dengan pendekatan yang konservatif dan melihat berapa besar pertumbuhan dan ekspektasi nilai perusahaan di masa mendatang.

Sedangkan untuk obligasi, pihaknya memiliki pandangan Slightly underweight – Neutral pada fund dengan mata uang Rupiah dan Underweight dengan mata uang USD.

“Pandangan kami netral namun cenderung lebih berhati-hati terhadap pasar obligasi Indonesia di tahun 2022. Kami melihat bahwa likuiditas perbankan masih terjaga, rencana penerbitan obligasi pemerintah masih stabil dan terjaga dengan harapan dukungan pembelian dari pelaku pasar lokal terutama perbankan dalam negeri,” ujarnya.

Selain itu, sisa anggaran lebih pemerintah (SAL) dan Surat Keputusan Bersama (SKB) III, antara MoF dan BI, diharapkan menjadi sumber pembiayaan yang akan mengurangi tekanan di pasar obligasi. Kemungkinan penerimaan pajak yang lebih tinggi dengan implementasi UU HPP tahun depan juga memberikan ruang bagi pemerintah terkait dengan rencana total penerbitan obligasi pemerintah.

Namun kemungkinan lebih tinggi magnitude dari kenaikan suku bunga the Fed dari prediksi sebelumnya, akan berdampak terhadap dinamika dan volatilitas di pasar obligasi Indonesia. Tingkat inflasi di Indonesia juga diperkirakan naik seiring dengan ekspektasi membaiknya pertumbuhan ekonomi. Ketegangan politik Rusia dan Ukraina juga perlu dicermati, walaupun hingga saat ini dampaknya minimal terhadap pasar obligasi Indonesia.

Dengan melihat kondisi ini, kata Ni Made Daryanti, yang perlu dipertimbangkan oleh nasabah adalah melakukan tinjau ulang kembali mengenai tujuan, jangka waktu, serta toleransi risiko atas investasi yang sedang dilakukan. Nasabah diharapkan untuk tetap melakukan review secara berkala dan memastikan untuk memilih instrumen investasi sesuai dengan profil risiko. (*)