in

Alasan Mengapa Semarang Butuh Transportasi Light Rail Transit

SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebagai metropolitan, Kota Semarang berhadapan dengan masalah kemacetan yang seringkali membuat warga stres di jalanan. Bus Rapid Transit (BRT) yang selama ini digunakan sebagai transportasi masal di Kota Semarang dinilai tidak cukup untuk menanggulangi kemacetan lalu lintas.

Keberadaan BRT belum sepenuhnya diminati masyarakat agar bisa meninggalkan atau setidaknya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Sedangkan pembelian motor dan mobil terus melonjak hingga mengakibatkan jalanan berjejal. Penerapan sistem transportasi masal berbasis rel atau Light Rail Transit (LRT) dinilai tepat sebagai solusi.

“Transportasi umum masal di Kota Semarang akan terus kami kembangkan. Selain meningkatkan pelayanan BRT, kami akan bangun LRT. Tahun 2019, rencananya launching untuk Koridor 1, yakni dari Pasar Bulu ke Bandara International Ahmad Yani Semarang,” kata penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Agus Riyanto, Minggu (1/7).

Dikatakannya, saat ini rencana pembangunan LRT sebagai transportasi masal di Kota Semarang terus digodok. “Saat ini lagi pembahasan. Setelah launching, 2019 diharapkan langsung dilanjutkan pembangunan fisik. Ini baru satu koridor. Nanti rutenya dari Pasar Bulu ke arah Jalan Soegijapranata, Jalan Madukoro, kemudian menuju arah Bandara Ahmad Yani,” terangnya.

Selain dilayani BRT, Bandara Ahmad Yani Semarang juga didukung LRT agar memudahkan transportasi masyarakat. “Mudah-mudahan bisa membantu transportasi masyarakat. Mau ke tujuan mana saja, dari Bandara Ahmad Yani akan mudah,” katanya.

Tidak hanya itu, lanjut Agus, terkait penataan transportasi di Kota Semarang, Dishub Kota Semarang masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. “Dishub juga harus menata sistem parkir. Sesuai rencana akan membuat parkir sistem berlangganan ataupun e-parking. Kaitannya untuk melakukan penataan parkir, termasuk pendapatan parkir diharapkan meningkat,” katanya.

Wakil Ketua Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, Wachid Nurmiyanto menyarankan agar Pemkot Semarang tidak latah mengenai rencana program LRT tersebut. “Transportasi masal berbasis rel di Kota Semarang nantinya perlu. Tetapi nuwun sewu, jangan latah dengan kota lain,” kata Wachid.

Wachid mengaku senang kalau ada transportasi masal seperti Light Rapid Transit (LRT), Kereta Rel Listrik (KRL), ataupun Mass Rapid Transit (MRT), tetapi harus bisa mengukur kemampuan. Dia menyarankan agar Pemkot Semarang memaksimalkan BRT secara berkelanjutan.

“Bagaimana agar kebutuhan transportasi umum tercukupi menggunakan BRT, dan permasalahan kemacetan lalu-lintas kota teratasi. Lha wong, proyek pembangunan SORR (Semarang Outer Ring Road) saja belum dijalankan, kok menjelajah hingga transportasi rel. SORR ini harus diselesaikan dulu sebagai upaya mengatasi kemacetan,” katanya.

Apalagi, program pembangunan SORR telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang sejak 2010. Tapi hingga sekarang belum terealisasi. “Jangan kemudian di kota lain ada program baru, di Kota Semarang ikut-ikutan. Sementara program yang sudah ditentukan malah ditinggal. Itu namanya latah. BRT menurut saya sudah lumayan membantu melayani masyarakat bawah, tapi belum mampu menjangkau masyarakat kelas menengah ke atas. Itu yang perlu didorong dulu,” katanya.

Sedangkan Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi menyampaikan pendapat lain, ia menyambut positif atas rencana pembangunan LRT oleh Dishub Kota Semarang. Mengingat persoalan kemacetan di Kota Semarang telah dalam kondisi krodit. “Masih banyak PR bagi Dinas Perhubungan Kota Semarang. Kalau kita melihat dampak lalu lintas, kemacetan di beberapa titik terjadi setiap hari kian parah. Tentunya, adanya program LRT adalah terobosan bagus,” kata dia.

LRT diharapkan tidak hanya mencakup wilayah Kota Semarang saja. Tetapi LRT juga harus bisa berperan menjadi transportasi masal antara daerah penyangga, misalnya Kota Semarang dengan Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Grobogan. “Ini ide luar biasa, tetapi diperlukan kajian mendalam. Kami mendukung sepenuhnya. Karena kebutuhan transportasi masal memang mendesak. Salah satunya untuk mengurangi kemacetan di Kota Semarang,” katanya. (abdul mughis)

editor: ricky fitriyanto