in

Air Mata, Tawa, dan Gol: Perjalanan Dua Tim SD Menuju Podium MilkLife Soccer Challenge Semarang

SEMARANG (jatengtoday.com) – Minggu (10/8/2025) sore itu, sorak-sorai pendukung di Stadion Universitas Diponegoro Tembalang seperti tak pernah reda. Di tengah teriknya matahari Semarang, puluhan siswi berseragam hijau dan biru saling berpelukan di pinggir lapangan. Beberapa matanya berkaca-kaca—bukan karena lelah, tapi karena mimpi mereka akhirnya terwujud.

Bagi Janeeta Alodya, striker mungil SDN Sendangmulyo 04, laga final MilkLife Soccer Challenge (MLSC) Semarang Seri 1 2025–2026 bukan sekadar pertandingan. Februari lalu, ia hanya bisa menerima medali perak setelah timnya kalah di final. “Waktu itu sakit banget rasanya. Kami janji sama-sama, seri berikutnya harus juara,” kenangnya sambil tersenyum lebar.

Janji itu dibayar lunas di partai final KU 12 melawan SDN Karangsono 2 Mranggen. Janeeta, bersama Alice Vinorea Putri dan Queennara Anashadiva, membentuk trio lini depan yang mematikan. Gol demi gol lahir dari kaki mereka, hingga papan skor menunjukkan 6-0. Tangis bahagia pecah. “Kuncinya kami main kompak dan percaya satu sama lain,” kata Janeeta, yang sekaligus menyabet gelar Top Scorer dengan 21 gol.

Di lapangan sebelah, kisah tak kalah manis datang dari SDN Klepu 03. Tim ini seperti punya “DNA juara” di KU 10. Sejak 2023, mereka tak pernah turun dari posisi puncak. Final kali ini melawan SD Nasima jadi panggung bagi Shakila Azalia Ardani. Gadis berambut kuncir dua itu mencetak empat gol tanpa ampun, memastikan hattrick juara bagi timnya. “Setiap latihan aku selalu ingat pesan pelatih: main itu bukan cuma kaki yang bekerja, tapi hati juga,” ucap Shakila.

Pelatih mereka, Althariq Bagus Istianto, menyaksikan anak-anak didiknya merayakan kemenangan dengan senyum puas. “Mereka ini luar biasa. Disiplin latihan, saling dukung, dan selalu mau belajar. Hasilnya ya ini, juara lagi,” ujarnya bangga.

Tahun ini, MLSC Semarang Seri 1 diikuti 1.213 siswi dari 64 sekolah. Tak hanya mengasah teknik, turnamen ini juga membangun kepercayaan diri anak-anak perempuan untuk terjun ke dunia sepak bola. Beberapa sekolah sepak bola, seperti Bhaladika Pertiwi dan Arema FC Women Academy, bahkan membuka kelas khusus putri sebagai respon atas lonjakan minat ini.

Bagi Janeeta dan Shakila, gelar juara bukanlah akhir. Keduanya sudah bertekad untuk terus berlatih, menjaga mimpi agar suatu hari bisa mengenakan jersey timnas putri Indonesia. “Kalau nanti main di stadion besar bawa bendera merah putih, rasanya pasti luar biasa,” kata Shakila sambil memeluk piala yang hampir lebih tinggi dari tubuhnya.

Di stadion yang mulai lengang, sorak pendukung sudah mereda. Namun, cerita dua tim ini baru saja dimulai. Mereka pulang bukan hanya membawa trofi, tapi juga keyakinan bahwa mimpi bisa dicapai, selama mereka mau berlari mengejarnya—bahkan sampai peluit panjang berbunyi. (*)