SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebanyak 171.046 nelayan di Jateng atau sekira 80 persen, enggan melaut saat cuaca buruk seperti sekarang. Akibatnya, hasil tangkapan ikan menurun hingga 40 persen.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng, Fendiawan Tiskiantoro menuturkan, cuaca ekstrem selalu terjadi setiap tahun. Nelayan menyebut musim paceklik.
“Sebenarnya nelayan tahu, ada banyak ikan dan udang yang malah naik ke permukaan. Bahkan tidak jauh dari pantai. Tapi karena ombak tinggi, mereka tak mau ambil risiko,” ujarnya, Jumat (17/1/2020).
Agar ekonomi nelayan tidak tersendat, pihaknya memberikan pelatihan dan usaha sampingan untuk istri nelayan. Seperti pelatihan pembuatan bioflok (pembuatan kolam ikan dengan terpal), hingga produksi abon ikan.
“Kalau untuk nelayan kami beri keterampilan budi daya lele atau kerang. Jadi ketika musim tak bersahabat datang, mereka bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan uang tambahan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Fendiawan menuturkan, Pemprov Jateng memberikan asuransi bagi nelayan yang mengalami kecelakaan di laut. Program yang telah dijalankan sejak 2019 lalu ini menyasar 10 ribu nelayan.
Sayang hingga saat ini, baru sekitar 10 persen yang ikut asuransi. Selain minat nelayan, mungkin karena ada preminya. “Tapi kami terus berupaya meningkatkan tingkat kepesertaan melalui kerja sama dengan berbagai pihak, serta menyeleksi nelayan yang benar-benar berminat,” tandasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto