UNGARAN – Melihat limbah plastik yang terbuang dan tidak dapat di manfaatkan itulah, seorang Lawuwarta mengawali ide membuat wayang limbah. Dari sebuah ide sederhana dan dilatarbelakangi usaha menjaga kelestarian lingkungan. Berfungsi pula untuk mengingatkan pada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dengan pengolahan limbah untuk diwujudkan dalam bentuk wayang. Karakter wayang yang ia ciptakan seluruhnya menggunakan bahan limbah lingkungan organik dan non organik. Seperti botol minuman kemasan, plastik tak terurai dan sampah tanaman.
Penokohan yang ia hadirkan adalah karakter manusia biasa dalam bingkai sosialitas.
Terdapat 9 tokoh yang mewakili bentuk manusia, binatang, dan tumbuhan. Bentuk Wayang Eling terdiri dari Kayon Ngarga Segara yang merupakan bentuk gunungan, Kala Reksa Banda, Bajang Suta, Caraka Balik, Kala Reksa Bahu, dan Kala Reksa Akil yang merupakan bentuk manusia, Waraha dan Celeng yang merupakan bentuk binatang, dan Alas-alasan yang merupakan bentuk hutan/pepohonan. Pembuatan karakter wayang ia ilhami dari kondisi sosial masyarakat.
Sama seperti wayang kulit yang biasa di jumpai wayang eling juga memiliki karakter. Mulai dari bentuk, warna, gapit semua di kerjakan sendiri. Tak cuma wayang yang terbuat dari limbah, alat musik yang digunakan untuk mengiringi juga hasil dari limbah seperti dru air, kotak roti, pipa pralon dan lain.
Ditambahi pula unsur-unsur drama teater dan kidung-kidung jawa yang diaransemen berbeda namun tidak meninggalkan keasliannya.
Bentuk visual Wayang Eling terdapat makna dibaliknya. Raut wajah dari Wayang Eling terdiri dari 3 wajah yang menyimbolkan alam itu tidak lepas dari trinitas kebudayaan Jawa, diantaranya yaitu: blangkon (nalar atau pemikiran), beskap atau busana (hati atau jiwa), dan slop atau sepatu (tumindak atau perbuatan).
Ketika penampilan Wayang Eling, sang dalang berhadapan langsung dengan penonton. Tak ada kelir dan blencong seperti halnya wayang kulit. Juga tidak terdapat sinden sebagai pengiring. Semua terangkai dalam kemasan yang minimalis namun tetap mengagungkan kearifal lokal.