in

Waspadai, Mengorok saat Tidur Salah Satu Indikasi Hipertensi Paru

Denyut nadi maksimium berada di angka 110 per menit. Itu menjadi alarm untuk menghentikan aktivitas.  

Ilustrasi: mengorok saat tidur menjadi salah satu indikasi hipertensi paru, terutama pada orang bertubuh gemuk. (dokumen jatengtoday.com)

JAKARTA (jatengtoday.com) – Hipertensi paru sejauh ini dinilai tidak memiliki gejala yang khas. Namun salah satu indikasi adalah mengorok saat tidur, terutama pada orang bertubuh gemuk.

Apabila Anda mengalami indikasi seperti itu disarankan agar segera melakukan langkah penanganan. Penyebab kegemukan ini berhubungan dengan hipertensi paru, berkaitan dengan paru obstruktif.

“Kalau tidur dia ngorok. Yang bagus itu tidak ngorok. Apalagi ngorok berhenti-berhenti, itu sangat tidak baik dan sebabkan secondary pulmonary hypertension,” kata Pakar Kardiologi Anak dan Penyakit Jantung Bawaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), dalam diskusi webinar dikutip pada Jumat (11/3/2022).

Dikatakannya, penderita hipertensi paru tetap bisa berolahraga namun dengan intensitas ringan.

“Olahraga berat harus dihindari oleh orang dengan hipertensi paru. Jika diperlukan, pasien juga bisa meminta rekomendasi dari dokter jantung untuk mengetahui olahraga apa yang baik dilakukan,” katanya.

Dia menegaskan, olahraga bagi penderita hipertensi paru ada parameternya. “Parameternya ada di dokter jantung, ada namanya dilakukan uji latih beban, dari situ nanti dihitung dan diresepkan yang bisa dikasih ke personal trainer atau rekomendasi latihan,” ujar Presiden Terpilih Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) tahun 2019 – 2022 ini.

Apabila sulit untuk melakukan uji latih beban, pasien bisa menghitung sendiri denyut nadinya. Menurut dr. Radityo denyut tersebut maksimium berada di angka 110 per menit.

“Intinya aktivitas ringan, kalau sudah 110 kita stop. Badan kita ini punya alarm kalau sudah lelah, stop harus istirahat. Jangan digeber terus,” kata dr. Radityo.

Tujuan dari olahraga adalah untuk membuat kondisi tubuh pasien tetap bugar. Sebab, tidak sedikit pasien hipertensi paru yang memiliki komorbid obesitas.

Sementara itu, Pakar Kardiologi Anak Rumah Sakit Adam Malik Medan, dr. Rizky Adriansyah, M.Ked (Ped), Sp.A(K) mengatakan bahwa penderita hipertensi paru dianjurkan untuk membatasi aktivitas, khususnya yang berat. Pekerjaan yang bisa menyebabkan stres juga perlu untuk dihindari.

“Tidak melakukan aktivitas berat bahkan mengurangi pekerjaan berat yang menimbulkan stres untuk mencegah gejala yang makin berat,” kata dr. Rizky.

Untuk makanan sendiri, tidak ada menu khusus untuk penderita hipertensi paru. Yang terpenting, penggunaan obat tidak boleh berhenti sepanjang hidupnya.

“Makan tidak ada yang spesifik, kalau pada anak makanan disesuaikan pada tahapan usianya. Tapi biasanya baru bisa diintervensi kalau dia sudah remaja dan harus rutin minum obat,” ujarnya. (ant)